'Tuhan Maha Asyik', Buku Baru Sentilan Agama Sujiwo Tejo

Resty Armenia | CNN Indonesia
Kamis, 22 Des 2016 18:20 WIB
Ditulis bersama Nur Samad "Buya" Kamba, buku ini mengurai beberapa kisah tentang keberagaman agama, dan mengungkap betapa Tuhan sangat asyik.
Ditulis bersama Nur Samad
Jakarta, CNN Indonesia -- Budayawan Sujiwo Tejo merilis buku barunya yang ia beri judul 'Tuhan Maha Asyik'. Ditulis bersama akademisi Nur Samad "Buya" Kamba, Sujiwo mengurai beberapa kisah tentang keberagaman agama, dalam bahasa yang ringan dan mudah dipahami.

Kisah-kisah yang ditulis Sujiwo dan Buya Kamba menjelaskan bahwa Tuhan sangat asyik ketika tidak dikurung paksa dalam penamaan-penamaan dan pemaknaan-pemaknaan. Menurut keduanya, Tuhan tidak bisa dipikirkan dan dikonsepsikan. Alih-alih, Tuhan harus ditemukan dan penemuan itulah yang membuat pengalaman itu menjadi sangat asyik.

"Kenapa saya mengusulkan ada buku ini? Dan kata banyak orang ini kebetulan sekali terbitnya. Memang banyak sekali kebetulan dalam hidup saya. Beberapa bulan lalu saya kerjanya baca Al-Fatihah, tiap saat. Tapi lama-lama takut juga karena apa yang saya lihat kejadian," ujar Sujiwo saat perilisan bukunya di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (21/12) malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sujiwo mengaku ia dan Buya menulis buku ini secara santai. Ia pun tidak menyangka bahwa buku ini akan selesai tepat pada saat banyak peristiwa politik dan sosial yang menyiratkan kebencian dan perpecahan terjadi di Indonesia.

"Semakin banyak manusia mengonsepsikan Tuhan, maka akan semakin jauh Tuhan itu. Pasalnya, konsepsi ini tunduk kepada rekayasa alam pikiran kita," ujar Buya yang juga Dosen Tasawuf di Jurusan Tasawuf Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gung Djati Bandung.

Ia berpandangan, keberagaman bangsa Indonesia akan menjadi ironis jika masyarakatnya tidak mampu menangkap harmoni-harmoni.

Latihan Berpikir 

Kepada pembaca bukunya, Sujiwo Tejo memberi masukan agar buku ini dibaca untuk dilupakan. Menurutnya, tulisan-tulisannya ini sebaiknya hanya digunakan untuk latihan berpikir saja, tidak untuk dianalisis terlalu mendalam.

"Cara membaca buku ini, kalau kamu sudah baca sampai selesai, maka kurangi terus kata-katanya, hapus sampai kosong. Seperti pertunjukan wayang, dimulai dengan gambar kosong, lalu ada yang sok tahu, sok menasehati, sok merangkum, tapi lama-lama (ketika berakhir, maka akan) kosong lagi. Jadi hanya untuk latihan berpikir saja," katanya.

Bersamaan dengan perilisan buku, Sujiwo juga merilis lagu berbahasa Jawa berjudul Nadian. Tembang ini diaransemen Bujel Dipuro, akan tetapi digubah dan dinyanyikan sendiri oleh Sujiwo. Nadian tidak akan diterjemahkan ke dalam bahasa lain, dan liriknya turut dimuat di dalam buku.

"Tidak usah diterjemahkan, kalau diterjemahkan jadi tidak enak. Saya itu mengaji juga tidak tahu artinya. Saya menikmati musiknya justru, jadi molekul gerak. Anda kira saya tahu bahasa pedalangan? Yang mencapai Tuhan yang begitu-begitu," ujarnya.

Ia melanjutkan, "Jadi lebih baik, (melalui) buku ini, mari kembalikan bahasa pada esensinya, musik dengan musik. Itu tanpa arti makna, tapi membuat batin ini bergerak. Bahasa ini menggerakkan, bukan makna."

Konsep mengenal Tuhan

Farid Wijdan, Manajer Redaksi Penerbit Imania menjelaskan, buku Tuhan Maha Asyik ini menggambarkan konsep mengenal Tuhan secara menyeluruh (holistik), yang membutuhkan pengkajian dan pemahaman mendalam, namun di buku ini ditampilkan secara 'renyah' dan mudah dimengerti. Selain itu, tulisan di buku ini kontekstual dengan kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya budaya spiritual.

"Lewat kisah-kisah singkat dan berbagai analogi yang mengena, buku ini mengajak kita meluaskan hati dan pemikiran untuk menampung ide tentang ketuhanan dan keagamaan yang lebih lapang, dan tentunya yang lebih asyik," ujarnya.

Siapa pun dan apa pun latar belakang paham keagamaannya, tutur Farid, selama masih punya hati, maka akan mendapatkan pencerahan dalam pemahaman keagamaan dan akan memandang bahwa keberagaman dalam beragama adalah suatu keniscayaan yang sebenarnya mampu menciptakan keindahan dan harmoni dalam kehidupan.

"Semoga bisa menjadi pembelajaran bagi semua pembaca, apalagi ketika bangsa Indonesia dilanda kebencian antarsesama, fitnah yang merusak jalinan kebhinekaan dan keindonesiaan kita," katanya.

Farid pun mengungkapkan, meski saat ini pihaknya baru memasarkan Tuhan Maha Asyik dengan cara mencetak (hardcopy), namun ada kemungkinan bahwa selanjutnya akan menyebarkan konten buku ini dengan cara mengunggahnya di sebuah situs, aplikasi, atau media lainnya. Tak hanya itu, ia bahkan membuka kemungkinan bahwa buku ini akan diadaptasi menjadi sebuah pementasan teater atau wayang. (rah)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER