Paulo Coelho Kecam Penyitaan Buku Agama dan Erotis di Libya

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Selasa, 24 Jan 2017 12:55 WIB
Militer penguasa Libya menyita lusinan buku dari truk pengantar dari Tobruk ke Benghazi, akhir pekan lalu. Buku Coelho, Nietzsche, dan Dan Brown ikut disita.
Buku-buku yang dianggap erotis dan bertentangan di Libya disita. (Ilustrasi/Janaka Dharmasena/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Karya Paulo Coelho termasuk buku yang disita oleh pihak berwenang di Marj, Libya. Penyitaan dilakukan sejak akhir pekan lalu oleh pasukan keamanan setempat.

Seperti dilaporkan AFP, mereka bahkan merilis video ke akun media sosial Facebook yang memperlihatkan penyitaan lusinan buku impor dari Mesir.

Dalam video itu terlihat petugas keamanan dan pemimpin agama memimpin penyitaan. Mereka menganggap buku-buku itu sebagai ‘invasi budaya.’ Mereka menganggap buku-buku yang disita mengandung informasi tentang paham Syiah, Kristen dan sihir, serta materi erotis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Itu semua dianggap bertentangan dengan Sunni, paham yang dianut kebanyakan orang Libya.

Buku-buku itu disita dari sebuah truk yang sedang dalam perjalanan dari Tobruk ke Benghazi. Banyak karya penulis terkenal, bukan hanya Coelho yang termasuk penyitaan.

Ada buku dari novelis Mesir pemenang Nobel Sastra, Naguib Mahfouz. Ada pula terjemahan bahasa Arab buku filsuf Jerman Friedrich Nietzsche, serta karya penulis Amerika Dan Brown.

Coelho pun bergabung dengan lebih dari 100 penulis serta intelektual Libya yang memprotes dan mengutuk tindakan penyitaan itu. Sang penulis asal Brasil mengumumkannya di Twitter.


“Mengontak Kedutaan Brasil,” tulisnya pada Senin (23/1). “Tidak banyak yang bisa mereka lakukan tapi saya tidak bisa hanya duduk dan melihat buku-buku saya dibakar.”

Sebenarnya, belum jelas apa yang akan dilakukan pemerintah dengan buku-buku yang disita.

Selain Coelho, beberapa figur publik pun melayangkan protes yang sama. Pengacara dan aktivis Azza Maghur, novelis dan pelukis Radhouane Bouchwicha, serta penulis Idriss al-Tayyib menulis surat terbuka yag mengutuk penyitaan itu.


Mereka menyebutnya ‘terorisme intelektual.’ Penyitaan juga dianggap sebagai usaha membungkam suara, opini serta pemikiran.

Di media sosial, masyarakat Libya berontak. Mereka membuat tagar #BooksAreReadNotConfiscated.

Marj, seperti halnya kota-kota lain di Timur Libya, berada di bawah kontrol Pasukan Nasional Libya, yang dipimpin oleh Khalifa Haftar. Ia dikenal sebagai sosok militer kuat.


Sebelumnya, saat rezim Moamer Khadafi memerintah Libya buku-buku pun disensor. Terutama yang bermuatan politik dan ideologi yang dikhawatirkan mengancam kekuasaannya.

Tapi revolusi 2011 telah menggulingkan kediktatoran Khadafi. Sejak itu, kelompok militer dengan berbagai latar belakang politik dan agama tetap berusaha mengendalikan Libya. (rsa)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER