Jakarta, CNN Indonesia -- Kisah hidup mengharukan Saroo Brierley dirangkum dalam sebuah buku yang ditulisnya sendiri,
A Long Way Home. Buku tersebut lantas dibuat menjadi film
Lion yang sukses menembus nominasi Oscar.
Dalam buku dan film tersebut, terdapat satu adegan yang menampilkan pertemuan Saroo dengan ibu kandungnya di Khandwa, India, setelah keduanya terpisah selama 25 tahun. Adegan emosional itu digambarkan dengan bagaimana Saroo dan ibu kandungnya kesulitan berkata-kata. Hanya luapan tangis sedih bercampur bahagia.
"Kami tidak mampu berkata-kata. Itu merupakan momen di mana kami mencapai sesuatu yang kami berdua pikir tidak akan pernah terjadi, yakni menemukan keluarga saya," ujarnya saat berkunjung ke kantor
CNNIndonesia.com, Kamis (26/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, "Saya pikir tindakan lebih bermakna daripada kata-kata, jadi kami merangkul satu sama lain, berpelukan, dan menangis. Kami tidak bisa berkata banyak pada saat yang emosional itu."
Saroo bercerita, yang berbeda dari adegan dalam film
Lion dengan kisah aslinya adalah, pada saat itu ia membutuhkan bantuan dari seorang wanita yang tinggal tidak jauh dari rumah ibu kandungnya untuk menerjemahkan pembicaraannya dengan sang ibunda. Pasalnya, Saroo tidak bisa berbicara bahasa Hindi, sedangkan ibunya tidak bisa berbahasa Inggris.
"Di usia lima tahun dan berasal dari perkampungan kumuh, saya hanya berbicara lima hingga enam kata Hindi saja, saya bahkan tidak bisa menyusun kalimat," katanya.
"Kami beruntung karena ada seorang wanita yang tinggal tak jauh dari rumah ibu kandung saya dan bisa menerjemahkan. Ketika dia [penerjemah] datang, pertanyaan pertama saya kepada ibu saya adalah, 'Apakah Ibu mencari saya?' dan dia [Ibu] mengiyakan," imbuhnya.
Saroo kemudian bertanya kepada ibu kandungnya soal Guddu, kakak laki-lakinya yang meninggalkannya di stasiun kereta 25 tahun silam. Namun, alih-alih menjawab, ibundanya malah tersedu. Guddu meninggal tertabrak kereta kala mencari Saroo di stasiun kereta api, beberapa saat setelah Saroo terbawa kereta hingga ke Kalkuta.
"Jadi itu adalah waktu di mana kami merasa bahagia dan, di saat yang sama, sedih," ujarnya mengenang.
Akhir BahagiaSaroo menuturkan, keluarganya di Khandwa kini hidup lebih baik. Ia mengaku telah mengunjungi keluarga kandungnya itu sebanyak 14 kali dalam kurun waktu empat tahun belakangan. Ia berpandangan, mengunjungi keluarganya di India merupakan hal yang baik, karena ia telah berpisah dengan anggota keluarga biologisnya itu selama 25 tahun.
"Sudah 25 tahun saya berpisah, sudah 25 tahun Ibu saya tidak mengetahui saya ada di mana, dan 25 tahun saya mencoba menkonstruksi dan mencari tahu di mana keluarga saya menggunakan Google Earth. Dan akhirnya saya menemukannya. Banyak hal yang harus dibicarakan," ujarnya.
Ia memastikan, "Tapi mereka sehat, kakak laki-laki dan adik perempuan saya. Saya punya beberapa keponakan dan saya membelikan Ibu saya sebuah rumah."
Saroo menjelaskan, rumah baru untuk ibunya ini sebenarnya tidak benar-benar baru. Ia mengatakan, rumah itu sebenarnya adalah rumah lamanya dulu yang dibangun dan sebagian besar diperbaiki kembali, sesuai dengan keinginan ibunya.
"Ibu saya tidak mau pindah, dia ingin tetap tinggal di sana, karena teman-temannya berada di sekitar daerah itu. Mengapa Anda ingin memindahkan dia dari tempat di mana dia tinggal selama hidupnya? Jadi dia tetap di sana, di rumah yang ia inginkan dan dia bahagian akan itu semua," katanya.
Saroo mengaku selalu berkabar dengan ibundanya di Khandwa. Selain berkunjung langsung, ia juga berbincang melalui telepon sedikitnya dua kali sebulan.
(res/rah)