Pena Gerson Poyk Terhenti di Usia 85

Resty Armenia | CNN Indonesia
Jumat, 24 Feb 2017 18:55 WIB
Sastrawan legendaris Gerson Poyk menghembuskan nafas terakhirnya pada Jumat (24/2) siang tadi. Ia wafat setelah terbaring di rumah sakit selama 10 hari.
Sastrawan Gerson Poyk meninggal dunia, Jumat (24/2). (Ilustrasi/Unsplash/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia --
Sastrawan legendaris Gerson Poyk meninggal dunia pada Jumat (24/2) sekitar pukul 11.00 WIB tadi di Rumah Sakit Hermina, Depok, Jawa Barat. Ia meninggal dalam usia 85 tahun.

Pria bernama lengkap Herson Gubertus Gerson Poyk itu menderita penyakit jantung dan berbagai komplikasi lain selama empat tahun belakangan. Dalam 10 hari terakhir, ia terpaksa harus menginap di rumah sakit.


Sastrawan Goenawan Mohamad mengonfirmasi kabar tersebut melalui kicauan di akun Twitter miliknya. "Sastrawan Gerson Poyk, orang Rote yang hangat dan lembut itu, hari ini wafat di Jakarta. Dalam usia 86. Vaya con Dios," tulisnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, akun resmi Komite Buku Nasional mencuit hal yang sama. "RIP. Gerson Poyk, salah satu sastrawan senior, meninggal dunia tengah hari ini. Dunia sastra Indonesia kembali kehilangan putra terbaiknya," tulis akun @PulauImaji.
 
Gerson Poyk mulai rajin menulis sejak bergabung dengan harian Sinar Harapan sebagai wartawan pada 1962. Pada 1970-1971, ia menerima beasiswa untuk mengikuti program International Writing Program di University of Iowa, Amerika Serikat. Tak hanya menulis untuk media tempatnya bekerja, Gerson pun menulis lepas. Ratusan novel, cerpen, puisi, dan karya tulisan lainnya.
 
Tak sedikit karya Gerson telah dipublikasikan, seperti Hari-Hari Pertama (1968), Sang Guru (1971), Cumbuan Sabana (1979), Giring-Giring (1982), Matias Akankari (1975), Oleng-Kamoleng dan Surat-surat Cinta Rajagukguk (1975), Nostalgia Nusa Tenggara (1976), Jerat (1978), Di Bawah Matahari Bali (1982), Requiem untuk Seorang Perempuan (1981), Mutiara di Tengah Sawah (1984), Impian Nyoman Sulastri (1988), Hanibal (1988), dan Poli Woli (1988).
Tak berhenti di sana, di masa tuanya, Gerson masih tetap menulis. Ia sempat menerbitkan Meredam Dendam, Tarian Ombak, dan Sang Sutradara dan Wartawati Burung.
 
Beberapa karya tersebut juga telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Inggris, Jerman, Rusia, Belanda, Jepang, dan Turki.

Karya-karya Gerson pun telah diakui kehebatannya. Banyak penghargaan sastra telah diraihnya, termasuk Anugerah Jurnalistik Adinegoro 1966, Anugerah Southeast Asia Write Award 1982, Academy Award dari Forum Academy NTT, Anugerah Kebudayaan 2011 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Lifetime Achievement Award dari Harian Kompas.
(res/rsa)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER