Jakarta, CNN Indonesia -- Panitia Beijing International Film Festival (BIFF) menyebut bahwa absennya film asal Korea Selatan (Korsel) dalam acara mereka bukan disebabkan oleh ketegangan politik yang meningkat di antara China dan Korsel.
Wakil Sekretaris Jenderal Panitia Beijing International Film Festival Ai Dongyun menegaskan, kualitas merupakan faktor utama dalam menentukan film-film yang ditayangkan. Karenanya, tak tepat jika geopolitik dijadikan faktor penentu di dalam menyeleksi film-film tersebut.
"Kumpulan film ini ditujukan bagi seluruh dunia, tanpa adanya preferensi bagi negara tertentu. Jadi, ini adalah koleksi dari film-film yang luar biasa dari seluruh dunia. Keputusan ini bukan keputusan politik," ujar Ai, dikutip dari
Hollywood Reporter, Sabtu (15/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, kantor berita Yonhap sebelumnya mengabarkan bahwa otoritas China membatalkan beberapa penayangan film asal Korsel selama acara itu berlangsung. Akibatnya, tidak ada film dari Negeri Ginseng yang nampak di festival film yang sudah berumur tujuh tahun tersebut. Padahal, tahun lalu pemeran film asal Korsel terlihat melenggang di acara pembukaan serta penutupannya
Beijing International Film Festival dimulai pada hari Minggu (16/4) esok dan akan rampung pada 23 April mendatang. Selain itu, sebanyak 500 film internasional dari beberapa negara juga akan ditampilkan, termasuk film
Fast & Furious 8 yang telah tersedia di bioskop seluruh China sejak Jumat pekan ini.
Sementara itu, sebanyak 15 film di antaranya akan berkompetisi memperebutkan penghargaan Tiantan.
Terkait pemilihan film
Fast & Furios 8, Ai mengatakan bahwa film tersebut dipilih karena mendapat respons positif dari negaranya. "Penonton menyukainya, sehingga keputusan untuk menayangkan Fast & Furious ditujukan untuk menyenangkan hati penikmat film asal China," katanya.
Ketegangan politik antara China dan Korsel memanas setelah China menentang habis-habisan implementasi sistem pertahanan rudal Amerika Serikat, atau Terminal High-Altitude Area Defense (THAAD), di Seoul. Kemurkaan China atas kebijakan tersebut telah membawa hubungan keduanya mencapai titik terendah sejak hubungan diplomasi mereka dimulai tahun 1992.
Amerika Serikat dan Korsel sepakat bahwa sistem ini diperlukan untuk melindungi serangan misil dari Korea Utara. Namun, China menentang sistem ini karena bisa mengganggu pengawasan aktivitas penerbangan dan peluncuran misil di timur laut Negeri Tirai Bambu.
Perselisihan ini akhirnya membuat China balas dendam terhadap Korea Selatan. Di bidang hiburan, China secara resmi melarang penayangan drama asal negara yang terkenal dengan budaya Hallyu itu.
Beberapa pekan lalu, dilaporkan bahwa produksi film
Mask yang seharusnya dibintangi oleh aktor Korea Ha Jung Woo dan aktris China Zhang Ziyi terpaksa harus dibatalkan.
Tak hanya itu, drama Korea Hwarang yang seharusnya ditayangkan secara berturut-turut di Korea Selatan dan China tiba-tiba dibatalkan tanpa alasan. Musikal
Turandot dan
Laundry juga harus rela mengurungkan niat mereka untuk tur di China dengan alasan kesulitan dalam promosi dan pemasaran.