Jakarta, CNN Indonesia -- Musisi legendaris Benny Panjaitan yang juga vokalis dari grup musik lawas Panbers, wafat pada Selasa (24/10) pukul 09.50 pagi, di kediamannya di Tangerang, Banten.
Pemilik nama asli Porbenget Mimbar Mual Hamonangan Pandjaitan ini lahir pada 14 September 1948 di Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Ia meninggal dalam usia 69 tahun.
Benny bisa disebut pentolan sekaligus motor bagi grup musiknya. Panbers merupakan kelompok musik yang dibentuk Benny bersama ketiga saudaranya, Hans Panjaitan (gitar), Doan Panjaitan (bass dan keyboard), dan Asido Panjaitan (drum) pada 1969 di Surabaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Grup itu pun dinamai Panjaitan Bersaudara, yang disingkat menjadi Panbers.
Panbers dibentuk secara spontan. Mereka terinspirasi dari Koes Bersaudara, grup musik yang populer pada 1960-an dan sangat disukai Benny. Saat ikut ayahnya yang merupakan seorang bankir berpindah tugas ke Surabaya, Panjaitan bersaudara pun membentuk band sendiri.
Keluarga Panjaitan sendiri memang dekat dengan musik. Putra-putra dari pasangan Drs. J.M.M. Pandjaitan, S.H, (Alm) dan Bosani S.O. Sitompul itu sudah memegang alat musik sejak kecil. Lagu rohani, lagu batak, maupun lagu barat juga akrab di telinga keluarga mereka.
 Benny Panjaitan, motor dari grup band Panbers. (Screenshot via Facebook/@officialpanbersband) |
Ibu mereka bahkan mahir bermain piano dan Ayah mereka senang main biola.
Beranjak dewasa, Benny menjadi vokalis dan memegang rhythm guitar di grup musiknya.
Dalam perkembangannya formasi Panbers berubah dan bertambah. Mereka akhirnya punya Maxi Pandelaki sebagai basis, Hans Noya sebagai lead guitar dan Hendri Lamiri pada biola.
Hampir semua lagu yang dipopulerkan Panbers adalah ciptaan Benny. Peran dan fungsinya sama vitalnya dengan John Lennon di The Beatles, Freddy Mercury di Queen, Mick Jagger di Rolling Stones, Achmad Albar di God Bless, atau Rhoma Irama di Soneta Group.
 Benny Panjaitan memegang gitar, menyanyi dan menulis lagu. (Screenshot via Twitter/@panbersband) |
Benny pertama menciptakan lagu pada awal 1970-an. Saat itu ia berpikir, dirinya tidak akan bisa jadi apa-apa jika tidak mencipta lagu. Ia pun coba-coba menciptakan lagu dengan membuat
Awal dan Cinta. Tak dinyana, Panbers kemudian berjaya.
Dari panggung hiburan dan acara-acara pesta dengan bayaran seadanya di Surabaya, Panbers ke Jakarta. Mereka tak lagi menyanyikan lagu orang dan senandung Batak seperti
A Sing Sing So dan
Butet, tetapi sudah bisa pentas dengan karya sendiri. Semua karena Benny.
[Gambas:Youtube]Mereka tampil di Istora Senayan Jakarta untuk acara Jambore Bands 1970. Sejak itu, nama Panbers pun lebih dikenal luas. Mereka pun dapat tawaran rekaman, dan langsung meledak sejak album pertama. Mereka berhasil mensejajarkan diri dengan Koes Plus.
Dilihat dari karya-karyanya, pengamat musik menilai Benny sebagai pribadi yang sentimentil, bahkan melankolis. Hampir semua lagu ciptaannya kental dengan nuansa sendu, kisah-kisah cinta romantis yang liris, dan balada anak manusia yang kurang beruntung.
Dari hit
Awal dan Cinta sampai
Cinta dan Permata, Benny dan Panbers tak pernah bergeser dari pop manis yang melankolis. Lagu-lagu itu adalah suara kaum marjinal Indonesia pada dekade ’70-an. Kebanyakan soal orang pinggiran yang berjibaku dengan dunia kapitalisme.
Namun kini, Panjaitan Bersaudara hanya menyisakan Sido. Grup ini telah ditinggal sang sulung, Hans pada 1995 karena sakit Jantung. Lima belas tahun berselang, Doan wafat karena komplikasi dan gagal ginjal yang diderita. Kini, Benny menyusul adik dan kakaknya.
Padahal Benny tak seperti musisi sekarang yang ‘banyak gaya.’ Ia selalu menjaga pola hidup sehat, termasuk menjauhi rokok dan minuman beralkohol.
Selamat jalan, Benny.