Jakarta, CNN Indonesia -- Popularitas drama Korea semakin meroket seiring dengan kian luasnya penyebaran gelombang budaya Korea (Hallyu) dan tingginya kualitas konten ciptaan sineas Negeri Ginseng.
Selama ini, drama Korea bisa langsung dinikmati oleh warga Korea Selatan saat serial itu disiarkan di televisi sesuai dengan jadwal tayangnya. Jika terlewat, pemirsa bisa mengunjungi situs resmi stasiun televisi yang menyiarkan drama itu yang biasanya juga mengunggah video episode yang disiarkan sebelumnya.
Namun, penonton dari negara lain tidak bisa melakukan itu semua lantaran tidak adanya saluran televisi publik Korea Selatan di negaranya. Selain itu, perbedaan bahasa mengharuskan mereka untuk menunggu hingga pengalih bahasa membubuhkan arti percakapan Korea yang dilontarkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini pun memantik maraknya bisnis ilegal berupa laman penyedia video bajakan dengan pengalihan bahasa. Situs-situs ini menyuguhkan ribuan judul drama dan film Korea hasil pembajakan yang sudah dialihkan bahasanya.
Penggemar bisa mengakses laman ini secara gratis hanya berselang sekitar satu sampai dua hari sejak drama Korea terbaru disiarkan di saluran televisi Korea Selatan. Situs-situs bajakan ini mengeruk keuntungan dari iklan yang terpasang.
Hal ini cukup menjadi dilema bagi para pelaku industri hiburan Korea Selatan. Di satu sisi, situs-situs ini mencuri dan mengeruk keuntungan dari karya yang dibuat dengan cucuran keringat mereka.
Namun, di sisi lain, laman-laman bajakan ini bisa dibilang secara tidak langsung 'membantu' para sineas Korea dalam menyebarkan karya mereka ke seluruh dunia tanpa harus menyewa pengalih bahasa maupun membuang waktu untuk mengurus perizinan dan kerjasama dengan distributor lokal. Persebaran yang semakin jauh kemudian membuat drama Korea dikenal semakin banyak orang.
 'Goblin' adalah salah satu drama paling populer baik di Korea Selatan maupun seluruh dunia. (Courtesy TVN TVing) |
Menyoal masalah ini, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang Beom berpandangan bahwa situs-situs ilegal seperti itu memberi lebih banyak kerusakan daripada keuntungan terhadap industri hiburan.
"Dan karena ini bukan legal, maka di tahap tertentu bisa menjadi berisiko," ujar Kim Chang Beom saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Namun ia tidak menyalahkan anak muda Indonesia yang melakukannya. Menurutnya, mereka hanya "mencoba untuk mencari alternatif untuk mengakses apa pun, musik, film atau drama karena itu adalah tindakan natural mereka untuk menunjukkan kesenangan terhadap konten itu."
Kim Chang Beom juga memaklumi keberadaan laman tersebut. Menurutnya, akan selalu ada saluran tak berizin yang menyediakan konten atau produk apa pun yang sedang banyak diminati.
"Kami juga merasa ada batasan atau kekurangan akses ke produk hiburan berkualitas tinggi lewat media legal. Di tahap tertentu, kami harus melakukan sesuatu. Tapi akan selalu ada saluran-saluran yang tidak diizinkan untuk produk hiburan yang banyak diminati," katanya.
Sementara, Country Head VIU Indonesia Varun Mehta mengungkapkan bahwa perusahaannya, sebagai penyedia layanan
video-on-demand (VOD) legal terus berupaya untuk melakukan inovasi sehingga bisa mengalahkan situs-situs bajakan tersebut.
VIU, papar Varun, menerapkan sejumlah strategi agar para penggemar drama Korea lebih memilih untuk mengakses platformnya daripada situs bajakan.
Varun menjelaskan bahwa VIU memahami bahwa konten gratis yang tidak terbatas sudah cukup lama ada. Namun, berdasarkan riset yang dilakukan perusahaannya, terungkap fakta bahwa penonton mengakses situs bajakan bukan karena memang ingin menyaksikan drama kesayangannya di laman ilegal itu, melainkan karena kontennya belum tersedia secara legal sebelumnya.
"Kami percaya kalau orang punya pilihan untuk membayar, punya kenyamanan, dan jika konsumen jadi fokus perusahaan itu, maka orang akan memilih konten yang legal," ujar Varun kepada
CNNIndonesia.com saat ditemui di kantornya beberapa waktu lalu.
[Gambas:Video CNN]Ia menambahkan, "Strategi kami membuat konten terus baru dan mengalahkan yang disediakan situs ilegal itu. Konten kami tersedia dalam 8 jam setelah jam tayang aslinya, artinya kami yang tercepat dalam menyediakan konten."
Lebih lanjut, Varun menyebut bahwa fokus kepada konsumen menjadi strategi kedua VIU. Ia mengatakan perusahaannya selalu memastikan bisa terus menyediakan konten berkualitas tinggi dan akses pemirsa ke konten itu sangat cepat.
Selanjutnya, Varun mengungkap bahwa VIU menerapkan model pasar premium untuk Indonesia, di mana bagian dari kontennya selalu ada yang bisa diakses secara gratis (
free bucket) dan ada pilihan lain bagi mereka yang bersedia membayar.
"Karena butuh waktu bagi konsumen untuk memutuskan untuk membayar. Intinya, tersedia yang gratis. Kalau sudah terbiasa, sudah kecanduan, maka akan berpindah ke yang bayar
unlock premium, membuka seluruh perpustakaan konten. Dan itu sangat murah, Rp30 ribu per bulan," tuturnya.
(res)