Jakarta, CNN Indonesia -- Suara gelak tawa dari kerumunan orang muncul ketika pemandu acara menampilkan lawakannya yang kadang 'garing'. Mereka, orang-orang yang duduk di bangku yang telah disediakan atau kadang mengemper di lantai, kadang lepas tertawa tapi tak jarang tampak terpaksa.
Kamera televisi kadang menyorot mereka untuk mencari selingan gambar selain pemandu acara dan bintang tamunya yang kadang hanya tersenyum menanggapi lawakan receh, meski tak sedikit juga yang ikutan heboh.
Kondisi riuh di acara bincang-bincang di era televisi 'zaman now' tidak dapat dipisahkan dari peran para penonton yang sering disorot kamera itu. Penonton bayaran, katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ely Sugigi adalah 'bos' para penonton bayaran ini. Wajahnya kerap masuk di televisi, terutama infotainment. Ia bertahun-tahun dikenal sebagai makelar penonton bayaran yang dibutuhkan televisi untuk mengisi kekosongan acara.
"Maaf ya mbak enggak punya asisten." kata Ely ketika akan mengambil teh panas di salah satu studio Trans TV. Ely yang beberapa waktu terakhir jadi incaran infotainment itu tengah menjadi bincang tamu di salah satu acara pagi di Trans TV ketika
CNNIndonesia.com menemuinya, Maret 2018.
Ia sudah bersahabat dengan televisi hiburan di Indonesia itu sudah 12 tahun lamanya. "Perjalanan awal saya menjadi penonton [bayaran] itu di Trans TV. Kala itu bersama anak saya, Ulfi,"
Ely mengakui ide mencari uang dengan menjadi penonton bayaran datang dari anaknya. Sang anak mengajaknya untuk ikut audisi acara Gong Show pada 2006 lalu. Namun sayang, audisinya sudah rampung beberapa hari sebelum ia datang.
Ia dan sang anak hanya bisa duduk termenung di tepi kolam air mancur yang bertengger bisu di depan lobi gedung. "Enggak punya ongkos pulang," katanya.
 Ely Sugigi. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri) |
Di tengah kondisi yang tanpa uang, Ely mendapat tawaran bekerja dari salah satu kru televisi. Ia diminta menjadi penonton hanya dengan bayaran Rp15 ribu dan seporsi nasi kotak. Ely pun ketagihan jadi penonton bayaran.
"Karena dari situ saya bisa bangun rumah orang tua, bisa sekolahin anak sampai jadi sarjana, saya bisa dapat yang saya mau. Bisa beli mobil juga. Dulu itu saya hidupnya susah banget, jadi pembantu. Dan ternyata profesi
alay itu enak banget," kata Ely.
Sukses mendulang uang menjadi penonton bayaran tak berarti Ely selalu mulus melakukannya. Menghadapi berbagai macam karakter orang yang harus ia atur jadi salah satu tantangan terbesar.
Tak jarang Ely harus tegas kepada anak-anak yang ia kepalai. "Mereka kan dibayar untuk ramai. Saya galak saat jadi agensi penonton, karena bagaimana pun itu biar di TV terlihat hidup, dan artisnya senang," kata Ely.
Karena dari situ saya bisa bangun rumah orang tua, bisa sekolahin anak sampai jadi sarjana, saya bisa dapat yang saya mau. Bisa beli mobil juga. Dulu itu saya hidupnya susah banget, jadi pembantu. Dan ternyata profesi alay itu enak bangetEly Sugigi |
Ely pun mengajarkan kepada anak-anak penonton yang ia kepalai, salah satunya ketika berhadapan dengan pesohor idolanya. Terutama, menghargai karakter atau privasi pesohor idolanya.
Ely mengaku memberikan upah menonton kepada 'pasukannya' bergantung pada penampilan mereka. Bila menarik, uang Rp50-60 ribu per acara per orang akan didapat. Sedangkan yang 'biasa saja' bakal ia beri Rp30-35 ribu per acara.
"Penonton alay ini pekerjaan yang halal. Dia tepuk tangan, meramaikan, dan ibarat nasi kotak kalau acara tidak ada penonton seperti nasi kotak tidak ada isinya. Kita saling membutuhkan dan itu pekerjaan juga," katanya.
Beda Ely, beda pula yang lain. Yuli Forniati telah menjalani pekerjaan sebagai koordinator penonton bayaran sekitar sembilan tahun. Yuli bertemu dengan Ely di sebuah acara televisi yang kemudian menjadi mata pencahariannya.
Yuli sudah menjalani beragam suka duka menjadi penonton bayaran. Mulai dari bertemu pesohor idola hingga pulang larut malam dan kehabisan transportasi untuk pulang.
"Dulu ada kebanggaan tersendiri, bisa ketemu artis dan melihat langsung. Sekarang karena sudah sering jadi biasa saja," kenangnya.
 Ilustrasi penonton. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Hampir satu dekade berkutat dengan penonton bayaran membuat Yuli paling paham yang dibutuhkan mereka, makanan dan uang. "Ributnya itu saja, pulang malam tidak ada masalah, bayaran lebih kecil asal ada makanan juga tidak masalah," katanya.
'Naik pangkat' menjadi koordinator penonton bayaran membuat Yuli punya tugas lebih dari sekadar mengumpulkan massa. Ia perlu memastikan penonton yang ia kerahkan sesuai dengan permintaan tim acara yang menjadi kliennya.
Untuk jasanya menjadi koordinator, Yuli mengaku mampu mengantongi Rp200-500 ribu per acara. Dalam sehari, ia sanggup meladeni tiga sampai empat acara.
Hollywood Juga PunyaNamun fenomena penonton bayaran bukan hanya di Indonesia, Hollywood pun diketahui kerap memanfaatkan keberadaan mereka untuk mengisi kursi kosong di antara para selebriti dalam sebuah acara. Para penonton itu dikenal sebagai
seatfiller.
"Karena sebagian besar acara penghargaan disiarkan di televisi, para produser tidak ingin kursi acak dan kosong dilihat oleh semua pemirsa yang menonton dari rumah, itu terlihat menyedihkan," tulis pemaparan tentang
seatfiller, dikutip dari
MTV.
Pada umumnya, sejumlah acara besar kerap menggunakan karyawan atau kerabat mereka sendiri untuk mengisi kekosongan kursi tersebut. Namun kini
seatfiller telah menjadi peluang publik, salah satunya dengan keberadaan laman
seatfiller di internet.
Laman tersebut merekrut penonton untuk acara sekelas Oscar, Grammy, juga MTV Video Music Awards. Syaratnya hanya mengirim foto, surat lamaran, dan biodata. Selanjutnya, menunggu untuk dihubungi.
Ketika terpilih, penampilan jadi unsur penting. Umumnya para penonton telah diminta berpenampilan sesuai konsep acaranya, seperti kata Kristina Sison yang merupakan salah satu penonton bayaran di Hollywood.
[Gambas:Youtube]"Kamu tidak boleh menggunakan putih, ada logonya atau motif yang mencolok. Cerah dan warna yang menyenangkan cukup disarankan. Dan Anda tidak diperbolehkan membawa tas besar, hanya boleh clutch atau tas kecil. Lainnya tidak boleh menggunakan jaket, mantel atau topi," katanya.
Setelahnya, pengisi kursi dapat duduk manis menikmati acara, ditambah bonus berdampingan dengan para selebriti papan atas seperti Jennifer Lawrence, Ryan Gosling, Emma Stone, Jake Gyllenhaal, Jeff Bridges, serta Brad Pitt.
Namun bukan berarti tidak ada aturan kala duduk bersebelahan dengan para selebriti. Penonton bayaran dilarang bersikap berlebihan, mengobrol, mengambil foto atau berfoto bersama, dan meminta tanda tangan.
Penonton harus bisa menahan diri, namun tetap terlihat senang saat kamera menyorot. Mirip dengan yang dilakukan Ely dan Yuli lakukan di Indonesia.
"Jangan lakukan apapun yang membuat Anda menonjol di kamera. Jadi saat kau berada di kursi, jadilah profesional dan jangan menarik perhatian pada diri sendiri dengan cara apapun," kata seorang sumber lain kepada
Hollywood Reporter.
Bila datang ke acara Hollywood terasa amat menyenangkan, itu karena Sison belum mengatakan duka menjadi penonton bayaran di kiblat industri hiburan itu.
"Saya dan teman-teman menghadiri People's Choice Awards dan itu hanya beberapa derajat suhu di luar. Kami menggunakan
tank top dan rok saja. Kami kedinginan selama enam jam dan saat itu juga hanya menggunakan sepatu heels. Secara fisik melelahkan dalam antrean," katanya.
"Kau bisa pergi ke toilet, tetapi perlu bertanya lebih dulu. Kau berada di sana lebih dari empat jam dan tidak bisa makan saat itu. Sampai akhirnya masuk, baru kesenangan dimulai," lanjutnya.
(end/rsa)