icon-close

Potret kekacauan dunia Timur Tengah tergambarkan dalam seni ajang tahunan Art Dubai. (REUTERS/Ahmed Jadallah)

Salah satunya lukisan adegan perang di jalur Gaza dengan format hitam putih. (AFP PHOTO / KARIM SAHIB)

Lukisan itu menonjol di antara karya seni fotografi, patung dan instalasi lain. (AFP PHOTO / KARIM SAHIB)

Seniman Palestina, Aissa Deebi mengaku melukisnya berdasarkan gambar di televisi. (AFP PHOTO / KARIM SAHIB)

Cat minyak di atas kanvas ia poleskan dengan gaya Goya dan Picasso, pelukis kenamaan. (AFP PHOTO / KARIM SAHIB)

Gambar itu mengingatkannya pada serangan udara berdarah di Guernica, Spanyol. (REUTERS/Ahmed Jadallah)

Ead Samari juga melukis perang. Dua lukisannya laku puluhan ribu dolar, terjual kepada klien mulai dari Amerika Serikat hingga Lebanon. (AFP PHOTO / KARIM SAHIB)

Seniman lain, Tammam Azzam yang berasal dari Suriah, menggambarkan pemandangan kota yang rusak dan kerumunan pengungsi. Persis seperti yang terjadi di Suriah belakangan. (AFP PHOTO / KARIM SAHIB)

Katanya, itu bukan komodifikasi, meski ia berhasil mendulang uang banyak lewat itu. Ia percaya bahwa seniman sepertinya selalu punya cara kreatif menyajikan kehidupan manusia. (REUTERS/Ahmed Jadallah)

Direktur Art Dubai, Myrna Ayad mengakui seni tidak bisa bergeming dari realita. Seniman bisa menjadi dokumenter maupun sejarawan yang luar biasa melalui karyanya. (REUTERS/Ahmed Jadallah)

Namun ia sendiri tak ingin seni di Timur Tengah melulu soal perang dan kekacauan. (AFP PHOTO / KARIM SAHIB)

Seniman-seniman dari 48 negara di Timur Tengah yang karyanya dipamerkan di Art Dubai selama tiga hari tahun ini, juga mengutamakan keindahan dan bagaimana seni bisa dinikmati. (AFP PHOTO / KARIM SAHIB)

icon-chevron-left
icon-chevron-right