Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Shading Art Pixar Animation Studios Bryn Imagire mengatakan studio tempat ia bekerja tertarik mengadaptasi budaya dari negara di Asia Tenggara menjadi film.
"Saya sangat tertarik untuk itu. Saya merasa Asia Tenggara kaya akan budaya, kesenian dan kekeluargaan. Lingkungan di Asia Tenggara menarik," kata Bryn saat wawancara terbatas pada media di kawasan Jakarta Barat, Kamis (7/6).
Pixar sebelumnya telah mengadaptasi budaya Meksiko dengan menggarap film
Coco (2017). Film itu berlatar Hari Orang Mati yang dirayakan setiap tahun oleh warga Meksiko.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Coco mengisahkan petualangan bocah 12 tahun bernama Miguel Rivera yang secara tak sengaja berpindah ke dunia arwah di momen Hari Orang Mati di Meksiko. Dalam dunia itu ia menemukan identitas leluhurnya.
Bryn menyebutkan Pixar berpeluang mengadaptasi budaya dari budaya negara di Asia Tenggara di waktu mendatang. Menurutnya, Asia Tenggara merupakan salah satu bagian dunia yang menarik.
 Direktur Shading Art Pixar Animation Studios Bryn Imagire mengatakan studio tempat ia bekerja tertarik mengadaptasi budaya dari negara di Asia Tenggara menjadi film. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
"Saya akan suka melihat film [yang diadaptasi dari budaya negara di Asia Tenggara] itu. Saya akan mengerjakan film itu," kata Bryn, diplomatis.
Bryn juga belum bisa memastikan budaya negara mana yang menarik untuk dijadikan proyek terbaru dari Pixar. Ketika ia ditanya ketertarikannya akan budaya Indonesia, Bryn kembali menjawab diplomatis.
"Mungkin, saya tidak tahu," kata Bryn sambil tertawa.
Bryn bergabung dengan Pixar pertama kali pada 1996 sebagai
digital painter untuk film
A Bug's Life (1998).
Kariernya di Pixar terus berlanjut sebagai direktur shading art untuk film
Toy Story 2 (1999),
The Good Dinosaur (2015),
The Incredibles (2004),
Up (2009) dan
Coco (2017).
(end)