Jakarta, CNN Indonesia -- Sebelum media sosial muncul, keberadaan iklan di media massa kerap diabaikan. Saat menyaksikan televisi misalnya, tanpa sadar jemari akan segera mengganti saluran lain bila pesan pariwara disuguhkan.
Namun, itu tak terjadi di masa kini. Meski jemari masih pegang kendali, tapi fungsinya tak lagi hanya mengabaikan iklan. Publik justru tak jarang menjadikannya sebagai bahan pesan berantai yang tersebar di media sosial.
Lihat saja yang terjadi pada iklan nyeleneh garapan sutradara
Dimas Djayadiningrat. Selama beberapa waktu, karyanya terus dibahas dan membekas di benak publik. Mereka bahkan tak segan untuk menyebarkannya lewat media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulai dari iklan Indoeskrim Nusantara yang banyak dijadikan meme (burung yang dikendarai sampai casing ponsel dan desain dispensernya), sampai 'kepala magic jar' di iklan Ramayana yang baru-baru ini diluncurkan.
Dimas yang telah berkecimpung di industri periklanan sejak 2006 mengakui, media sosial menjadi faktor iklan kini lebih dipandang masyarakat.
"Media sosial menjadi pemicu iklan menjadi lebih 'seksi,' karena dulu kan TV berbicara sama orang yang beragam. Sekarang sudah beda lagi, di media sosial lebih
segmented, semakin antik dan aneh-aneh, akan semakin dilihat, menarik, dan 'seksi,'" ujarnya saat ditemui
CNNIndonesia.com di kediamannya di kawasan Ampera, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Terlebih, kata Dimas, media sosial turut memberi peluang besar untuk jenis iklan yang bercerita.
"Karena durasi sudah tak jadi masalah, sehingga bisa ada iklan-iklan
storytelling. Kalau di TV itu ada keterbatasan durasi. Paling tidak
storytelling butuh satu menit, dan satu menit di TV mahalnya minta ampun. Jadi orang banyak yang mengurungkan niat untuk bikin
storytelling," katanya.
"Begitu ada Youtube, Facebook, dan sebagainya, jadi ada media baru," tambah Dimas.
Pakar komunikasi sekaligus dosen di Universitas Gadjah Mada Pulung Setiosuci Perbawani turut menyatakan hal serupa. Menurutnya, media sosial memegang peranan penting.
"Merebaknya iklan sejenis itu [nyeleneh] pada dasarnya dikarenakan oleh budaya internet meme yang populer di kalangan pengguna internet, khususnya kaum muda. Internet meme sendiri merupakan sesuatu yang 'menular' dan mudah disebarkan," katanya, saat dihubungi
CNNIndonesia.com melalui surat elektronik beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Pulung mengungkapkan bahwa iklan-iklan seperti produk es krim dan toserba yang digarap Dimas itu menjadi viral karena turut dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya memiliki karakter komedi, unsur visual yang menarik, dan elemen audio yang repetitif. Hal itu yang kemudian disebutnya lebih mudah menarik perhatian dan diingat oleh penonton.
"Posisi iklan-iklan ini tidak beda dengan fenomena viral video lainnya. Hanya saja karena kontennya sangat kontekstual dengan latar belakang sosio-kultural Indonesia, iklan-iklan ini menjadi lebih mengena kepada target audiens spesifik yaitu masyarakat indonesia," kata Pulung.
"[Dan] media sosial tentu saja memegang peranan penting dalam menaikkan popularitas iklan-iklan ikonis ini. Internet meme sendiri bisa dikatakan lahir dan marak karena adanya media sosial," lanjutnya.
(res)