Ulasan Film: 'Rumah Merah Putih'

CNN Indonesia
Sabtu, 22 Jun 2019 11:23 WIB
'Rumah Merah Putih' bercerita tentang gambaran jelang perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia di kawasan perbatasan Indonesia, Kabupaten Belu, Atambua, NTT.
Pemain 'Rumah Merah Putih' saat berkunjung ke CNNIndonesia.com. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Alenia Pictures kembali menyuguhkan sebuah kisah inspiratif lewat film Rumah Merah Putih. Kisahnya tak jauh berbeda dari film-film mereka sebelumnya yang menonjolkan kehidupan serta aksi anak-anak di Timur Indonesia.

Fokus cerita yang diambil yakni gambaran jelang perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang berlatar di kawasan perbatasan Indonesia di Kabupaten Belu, Atambua, Nusa Tenggara Timur.

Menurut Nia Zulkarnaen, Produser Rumah Merah Putih, film ini juga menampilkan aksi heroik Joni, bocah yang memanjat tiang bendera demi merah putih bisa berkibar pada upacara 17 Agustus tahun lalu di lokasi yang sama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanya saja, peristiwa itu tidak menjadi fokus utama cerita yang disuguhkan dalam filmnya.


Rumah Merah Putih bercerita tentang Farel dan Oscar, yang diperankan oleh anak NTT asli yakni Petrick Rumlaklak dan Amori De Purivicacao. Meski hidup sederhana di perbatasan, mereka memiliki rasa cinta pada Tanah Air yang sangat dalam.

Kisah ini dibuka dengan kehidupan masyarakat Belu yang heboh menanti jatah dua kaleng cat merah putih untuk menghias rumah mereka menjelang 17 Agustus-an. Farel, Oscar, serta dua kawannya Anton dan David, ikutan mengantre.

Begitu dapat jatah cat, mereka tak langsung pulang dan menyerahkan kepada dua orangtuanya. Namun malah ikutan lomba panjat pinang yang diadakan rangka memeriahkan 17 Agustus.

Keempatnya sempat berselisih meributkan hadiah mana yang akan diambil lebih dulu. Namun pada akhirnya mereka gagal dan saling menyalahkan. Masalah pun makin rumit ketika dua kaleng cat merah putih yang dapat Farel malah hilang.


Farel pun kebingungan sekaligus takut dimarahi sang ayah. Ditemani Oscar, ia pun dengan gigih mencoba ragam upaya demi membeli cat pengganti.

Secara garis besar, Rumah Merah Putih bukan hanya membuka mata tentang potret kehidupan masyarakat perbatasan Indonesia. Lewat kisah tentang dua bocah yang berpetualangan demi dua kaleng cat ini, sutradara Ari Sihasale mengusung kuatnya nilai persahabatan, budaya, gotong royong, serta rasa cinta pada tanah air.

Bagaimana mereka yang berada di garda terdepan Indonesia juga memegang teguh rasa nasionalisme dan tahu betapa berarti serta sakralnya Merah Putih untuk negeri.

Meski cukup banyak pesan kehidupan yang disajikan, Ari mampu mengemas kisah ini secara sederhana dan ringan. Selain itu, ia juga berhasil mengembangkan dua karakter utama Farel dan Oscar dengan dialog yang menggelitik tapi sesekali juga mengundang rasa haru.

Para pemain 'Rumah Merah Putih.'Para pemain 'Rumah Merah Putih.' (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Aksi lain dari aktor dan aktris seperti Pevita Pearce, Shafira Umm, Yama Carlos, Abdurrahman Arif, serta Dicky Tatipikalawan ini pun melengkapi peran mereka sesuai porsi. Apresiasi lebih patut diberikan diberikan kepada Dicky Tatipikalawan sebagai Om Cio yang turut menghidupkan film ini lewat aksinya.

Sementara dari segi sinematografi, penonton dibuat terpukau oleh pemandangan desa Belu yang menakjubkan. Musik yang mengiringi pun terasa cukup tepat, meski kurang melekat.

Selain menjadi suguhan hiburan, Rumah Merah Putih layak dan patut untuk ditonton demi menumbuhkan rasa persatuan Indonesia kembali.

[Gambas:Video CNN] (agn/rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER