Jakarta, CNN Indonesia -- Band Inggris
The 1975 mengumumkan batal konser di Hong Kong yang seharusnya diadakan di Asia World Expo pada 8 September mendatang. Pembatalan ini menyusul situasi yang tengah panas di Hong Kong dan tidak memungkinkan penyelenggaraan.
"Karena masalah yang berada di luar kendali promotor, The 1975 menyesal untuk mengumumkan bahwa mereka tidak bisa tampil di Asia World Expo di Hong Kong pada Minggu, 8 September," demikian keterangan pihak label band pelantun
Chocolate itu
, Dirty Hit lewat Twitter, Kamis (5/9).
Dalam pernyataan tersebut, pihak label pun mengatakan bahwa biaya pengembalian tiket akan tersedia di situs penjualan awal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konser The 1975 tersebut merupakan bagian dari tur promosi album terbaru mereka, 'A Brief Inquiry Into Online Relationships' yang dirilis 30 November 2018.
Meski konser di Hong Kong batal, grup dengan pentolan Matty Healy ini dijadwalkan menyambangi sejumlah negara Asia termasuk Indonesia.
Band The 1975 dijadwalkan konser di Jakarta pada 29 September 2019. Sebelum itu, mereka akan konser di Seoul (6/9), Manila (11/9), Bangkok (13/9 dan 14/9), serta Singapura (16/9).
Kedatangan The 1975 konser ke Jakarta nanti akan menjadi yang kedua kali. Sebelumnya band asal Inggris ini pernah tampil di We The Fest 2016.
Sepanjang karier bermusik, The 1975 telah merilis tiga album, yaitu
The 1975 (2013),
I Like It When You Sleep, for You Are So Beautiful yet So Unaware of It (2016),
A Brief Inquiry into Online Relationships (2018).
Selain menggelar tur konser, band The 1975 juga dijadwalkan merilis album baru pada tahun ini, yaitu Notes on a Conditional Form.
Selama 13 pekan, masyarakat Hong Kong menggelar aksi untuk menuntut sejumlah gugatan kepada pemerintah. Asisten Komisioner Kepolisian Hong Kong, Mak Chin-ho, menyatakan 159 orang berusia 13 sampai 59 tahun yang ditangkap dalam unjuk rasa pada Jumat hingga Minggu (1/9) pekan lalu.
Ribuan mahasiswa Hong Kong menggelar aksi mogok kuliah selama dua pekan sebagai bentuk solidaritas. Pendemo Hong Kong juga sempat mengepung stasiun MRT yang berujung jadwal kereta menjadi kacau.
Pemerintah pada Juni lalu merencanakan RUU Ekstradisi ke China yang telah diprotes banyak pihak hingga menimbulkan berbagai protes lain, seperti gerakan pro-demokrasi.
Akibatnya, reputasi Hong Kong sebagai pusat bisnis terganggu. Selain itu, sektor pariwisata juga terkena dampak yang cukup besar dengan turunnya tingkat kedatangan pengunjung, ditambah pengusaha penginapan seperti hotel dan perdagangan ritel merugi.
(agn/end)