Drama Thailand menjadi salah satu hiburan yang cukup digandrungi di Asia selain drama Korea. Beberapa di antaranya yang belakangan cukup populer yakni seperti Girl From Nowhere, Bad Genius the Series, hingga 2gether.
Namun di balik ketenaran yang menyebar ke berbagai penjuru, drama yang juga dikenal dengan sebutan lakorn tersebut memiliki sejarah yang cukup panjang dan dampak yang signifikan terhadap penonton serta masyarakat juga budaya di Thailand.
Menilik sejarah, awal perjalanan drama Thailand berlangsung pada 1950-an, ketika televisi mulai tersedia di negara tersebut dan berkembang menjadi media yang paling mudah diakses.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada awal tahun pertama siaran televisi di Thailand, produksi drama sebagian besar terdiri dari rekaman versi teater panggung, seperti dikutip dari penelitian Nguyet Tong bertajuk At The Censor Interface: The Thai Television Lakorn, Its Spectators And Policing Bodies, yang dipublikasikan oleh Cornell University pada Mei 2014.
Produksi pertama drama Thailand yang ditulis khusus untuk televisi adalah lakorn berjudul Suriyanee Refuses to Marry pada 4 Januari 1956 dan meraih kesuksesan instan.
Pada tahun yang sama, terdapat lima produksi drama lainnya. Kemudian melonjak menjadi 46 produksi pada tahun berikutnya, dan 100 produksi pada 1958 melalui Channel 4.
Tak lama kemudian, Channel 7 juga mulai produksi lakorn sendiri. Hingga pada 1981, atas desakan National Telecommunications Committee, sinetron Thailand itu mulai tayang di jam tayang utama sekitar pukul 20.30-22.30 dan terus berlanjut hingga kini.
![]() |
Era 1990-an dianggap sebagai masa keemasan dari drama televisi. Banyak drama terfavorit yang lahir pada masa itu. Bahkan sebagian besar merupakan bentuk produksi ulang, di antaranya Koo Gum (1990), Si Pan Din (1992), Tawipop (1994), serta Dao Pra Sook (1994).
Sepanjang sejarah lakorn, produksi ulang drama Dao Pra Sook (1994) menjadi salah satu acara televisi paling disukai dan terkenal. Selain itu, drama Kom Faek (2008), tercatat sebagai lakorn yang paling ditonton dengan jumlah penonton mencapai seperempat penduduk Thailand.
Sejak saat itu, lakorn telah berkembang primadona di televisi Thailand sebagai program yang paling banyak ditonton. Tayangan ini dapat disaksikan melalui saluran tv gratis, Channel 3, 5, dan 7 serta saluran tv kabel.
Memasuki era milenium, status lakorn dikukuhkan sebagai mesin pencetak rating di TV. Pada 2011, lakorn tercatat mengumpulkan penonton domestik yang merupakan gabungan saluran tv gratis dan kabel, sekitar 17 hingga 20 juta penonton setiap malam.
Tong juga mencatat bahwa drama Thailand menyuguhkan hiburan yang dinikmati di rumah tapi kemudian menjadi pembahasan di tempat umum bahkan sering kali sebagai pengetahuan publik.
![]() |
Hal itu senada dengan temuan Antropolog Southeast Asia Center University of Washington di Seattle, Sara Van Fleet dan dipublikasikan dalam jurnal Education About Asia Volume 8 Number 1 pada musim semi 2003 oleh Association for Asian Studies.
Kala melakukan penelitian di Thailand selama 18 bulan dan mewawancarai 137 penonton lakorn, Van Fleet menemukan bahwa drama Thailand mampu menjadi pengubah nilai dan kepercayaan masyarakat di abad ke-20.
"Khususnya bagi perempuan, yang peran tradisinya sering didefinisikan dengan hubungan mereka kepada keluarganya, lakorn berfungsi sebagai sarana di mana banyak perempuan menguji situasi mereka yang telah berubah dan memahaminya dengan cara yang baru" kata Van Fleet.
"Dan di lain hal, mempertanyakan dampak yang mereka rasakan terkait dengan perubahan sosial dan ekonomi yang cepat di Thailand," lanjutnya.
"Lakorn adalah media yang sempurna untuk mengeksplorasi subjek yang berpotensi sensitif atau emosional dengan orang-orang, karena mereka merasa nyaman membicarakan televisi dan budaya populer," kata Van Fleet.
Sementara itu, membintangi lakorn bak membuka jalan lebar menuju popularitas bagi para pengejar mimpi menjadi selebritas. Tak sedikit seleb di Thailand memulai popularitas dari lakorn, kemudian berkembang ke jalur lain seperti dunia musik, film, majalah, serta iklan.
![]() |
Bahkan berdasarkan laporan Sanook! Webboard pada 2012 dan dikutip oleh Tong, empat dari lima selebriti pria Thailand dengan bayaran tertinggi adalah aktor lakorn. Sementara itu, lima teratas di sisi wanita semuanya adalah aktris lakorn.
Kepopuleran drama Thailand kemudian tidak hanya berkembang di negaranya sendiri, tapi juga berlayar ke luar negeri. Salah satunya adalah Kamboja yang kemudian justru menyulut konflik antar dua negara.
Sejumlah saluran televisi Kamboja sempat menayangkan drama Thailand sampai kemudian dilarang tayang pada awal 2003. Hal itu dikarenakan tingkah seorang bintang lakorn yang diduga menyebut Angkor Wat yang jadi kebanggaan masyarakat Kamboja adalah hasil curi dari Thailand.
BBC melaporkan tingkah tersebut memicu ketegangan antara Kamboja dan Thailand. Masyarakat Kamboja yang tak terima dengan ucapan tersebut kemudian merusuh di Kedutaan Thailand di Kamboja serta penjarahan sejumlah toko.
Thailand yang tak terima dengan kerusuhan tersebut sempat mengancam 'perang' kepada Kamboja. Namun Pemerintah Kamboja memilih meminta maaf dan mengganti kerusakan yang ada.
Meski sempat membuat masyarakat Kamboja marah, penjualan lakorn secara fisik dan digital setelah insiden tersebut masih legal. Drama Dao Pra Sook bahkan tercatat menjadi serial paling populer bagi penonton Kamboja.
![]() |
Drama Thailand juga populer di Singapura, di mana lakorn akan disiarkan satu atau dua minggu setelah tayang di negara asalnya. Di China, sebagian besar drama Thailand ditayangkan di Anhui Television dan disulihsuarakan ke dalam bahasa China sebelum disiarkan.
Penyebaran drama Thailand juga memasuki ke negara-negara Asia Tenggara lain seperti Vietnam, Malaysia, Filipina, dan juga Indonesia. Pada 2018, drama romantis Ayutthaya Kingdom Love Destiny juga menjadi hit termasuk di Rusia.
Belakangan, perkembangan semakin maju ditandai dengan tersedianya platform streaming yang memudahkan akses di berbagai negara.
Salah satu yang cukup populer yakni Girl From Nowhere (2018), drama yang tersedia di Netflix dan meraih popularitas berkat jadi perbincangan hangat di TikTok.
Selain itu, ada pula Bad Genius The Series yang diadaptasi dari film berjudul sama. Serta yang belakangan juga populer adalah 2gether.
Seiring perjalanan dan popularitas yang meluas, drama Thailand juga tersandung sejumlah kontroversi. Muatan konten kekerasan, pelecehan seksual, serta pemerkosaan menjadi sorotan dari drama Thailand.
Diberitakan Huffington Post pada 2014, Thai Health Promotion Foundation menemukan bahwa sekitar 80 persen dari semua drama Thailand yang ditayangkan tahun itu menggambarkan pemerkosaan atau kekerasan seksual.
![]() |
Selain itu, karakter pelaku kekerasan seksual ataupun pemerkosaan jarang mendapatkan hukuman ataupun pertanggungjawaban. Karena itu, kritikus terus menerus mendesak produser untuk berhenti meromantisasi kejahatan.
Penggambaran pemerkosaan dalam drama Thailand juga mendapat kecaman terutama karena sering digunakan sebagai cara untuk membalas dendam atau menemukan "cinta sejati."
Namun, banyak sutradara dan produser masih enggan untuk menghapus kekerasan seksual dari drama karena hal semacam itu, yang dijuluki "slap and kiss", secara konsisten menghasilkan rating yang lebih tinggi.
"Kebanyakan sinetron televisi diadaptasi dari novel-novel lama terkenal yang memuat alur cerita pemerkosaan di mana protagonis perempuan diperkosa oleh protagonis laki-laki," kata Jaray Singhakowinta, profesor studi seksualitas di National Institute of Development Administration Bangkok.
"Beberapa di antaranya sangat populer sehingga telah dibuat menjadi film dan sinetron televisi lebih dari 10 kali sejak tahun 1970-an," lanjutnya.
(agn/end)