icon-close

Sekolah menjadi matador dalam budaya adu banteng di Spanyol berusaha bertahan menghadapi dua badai: pandemi dan penurunan minat seiring perkembangan zaman. (AP Photo/Manu Fernandez)

Sekolah Adu Banteng Las Ventas di Madrid masih beroperasi di tengah penurunan minat anak-anak terhadap warisan budaya Spanyol ini dan pandemi yang menerjang. (AP Photo/Manu Fernandez)

Di sekolah ini, anak-anak belajar bagaimana menjadi seorang matador, mulai dari teori hingga latihan praktik sebelum benar-benar menghadapi banteng yang sesungguhnya.(AP Photo/Manu Fernandez)

Latihan itu termasuk melakukan tarian khas matador menghindari serudukan banteng yang khas dengan kibaran kain. Pada sesi ini, murid masih berlatih tanpa menghadapi banteng sesungguhnya. (AP Photo/Manu Fernandez)

Pandemi juga menghantam sekolah ini. Dengan lockdown cukup ketat di Spanyol, sekolah ini mencoba beradaptasi menggunakan protokol kesehatan dalam menjalani pembelajaran. (AP Photo/Manu Fernandez)

“Mempertimbangkan bahwa dunia ini sudah terpukul sebelum (pandemi), kegembiraan yang dibawa kembali oleh para pemain setelah lockdown, luar biasa,” kata mantan torero sekaligus guru matador, Miguel Rodríguez. (AP Photo/Manu Fernandez)

Minat terhadap matador semakin menurun, terutama bagi masyarakat perkotaan. Penurunan itu juga selaras dengan peningkatan kesadaran akan hak-hak hewan di negara tersebut. (AP Photo/Manu Fernandez)

Akan tetapi, sebagian masyarakat juga masih mendukung keberadaan matador yang dianggap sebagai bagian penting warisan budaya Spanyol yang khas. (AP Photo/Manu Fernandez)

Termasuk, mempertahankan Las Ventas yang merupakan ring adu banteng terbesar di Spanyol dengan kapasitas lebih dari 23 ribu dan ketiga terbesar di dunia. (AP/Manu Fernandez)

icon-chevron-left
icon-chevron-right