Soal Indeks Ketahanan Pangan, Pengamat: Tak Perlu Khawatir

Advertorial | CNN Indonesia
Jumat, 19 Feb 2021 19:17 WIB
Pengamat kebijakan publik sekaligus penggiat pertanian, Razikin Juraid mengungkapkan indeks ketahanan pangan Indonesia
Foto: dok. Kementan
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengamat kebijakan publik sekaligus penggiat pertanian, Razikin Juraid mengungkapkan indeks ketahanan pangan Indonesia tahun ke tahun semakin membaik. Hal ini ia sampaikan berdasarkan data Global Food Security Index (GFSI), di mana secara keseluruhan status ketahanan pangan Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan.

"Dari data ini disebutkan status ketahanan pangan Indonesia pada tahun 2016 Indonesia masih berada di peringkat 71 dari 113 negara yang diobservasi dan di tahun 2019 alami peningkatan ke peringkat 62. Ini artinya prestasi bagi sektor pertanian Indonesia. Tak perlu dikhawatirkan," ujar Razikin Jumat (19/2/2021).

Mantan Juru Bicara Milenial Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf ini menambahkan, menurut data GFSI indeks ketahanan pangan Indonesia (2014-2018) secara global menempati peringkat ke 65 dunia dan peringkat kelima di ASEAN. Di kawasan ASEAN, lanjutnya, Indonesia berada di atas Filipina, Myanmar, Kamboja, dan Laos.

Razikin pun mengungkap skor Food Sustainability Index (FSI) untuk Amerika Serikat sebesar 68,8. Ia menyebutkan, angka ini tidak berbeda jauh dengan Ethiopia yaitu sebesar 68,5, India 66,4 dan Israel 64,6.

"Tidak fair jika dibandingkan dengan negara Ethiopia dan Zimbabwe yang notabenenya negara yang baru bangkit dari kelaparan ke negara yang terpenuhi pangannya," jelasnya.

Ia menilai, Indonesia bukan negara kelaparan. Akan tetapi memang negara yang sudah mandiri menyediakan pangannya dan bertahan untuk tetap mandiri akan pangannya.

Sebagai informasi, indikator FSI tak hanya meliputi aspek pangan dan produksinya saja. Akan tetapi mencakup aspek yang lebih luas, yaitu berdasarkan 58 indikator yang mengukur keberlanjutan sistem ketahanan pangan di tiga tema, yakni kehilangan/penyusutan pangan dan limbah, pertanian berkelanjutan, dan gizi. Adapun indeks tersebut berisi tiga jenis indikator kinerja utama yakni lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Lebih lanjut Razikin membeberkan fakta lain yang menyebutkan indeks ketahanan pangan Indonesia membaik yakni dengan mengacu data dari The Economist Intelligence Unit (EIU). Yakni pada tahun 2014 hingga 2018, indeks ketahanan pangan di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

"Pada tahun 2014 mencapai 46,5 indeks dan di tahun 2018 mencapai 54,8 indeks. Indeks ketahanan pangan di Indonesia terlihat membaik sepanjang tahun 2014 hingga 2018," bebernya.

Pria jebolan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini pun mengungkap penilaian ketahanan pangan nasional dengan merujuk data Global Hunger Index (GHI) 2020. Ia menyampaikan, Indonesia menempati level moderate dengan skor 19,1, setelah sebelumnya masih berada di level serius dengan skor 20,1 pada tahun 2019.

"Sebenarnya bicara kondisi kelaparan di suatu negara itu jangan sepenuhnya terjebak pada angka atau data. Buktinya, dari dulu hingga sekarang Indonesia tidak pernah alami kelaparan, pangan selalu tersedia, tidak ada gejolak harga pangan," tutur Razikin.

"Toh negara yang GHI-nya di bawah Indonesia yakni Kamboja, Myanmar, dan Laos kenyataan di lapangan pangannya tersedia. Jadi kita tidak perlu berlebihan merespons data, rujukan sebenarnya adalah fakta lapangan," tambahnya.

Sekadar diketahui, Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan atau Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) menyebutkan adanya penurunan jumlah kabupaten/kota yang rentan rawan pangan. Dari 76 kab/kota pada tahun 2019, menjadi 70 Kabupaten/Kota rentan rawan pangan di tahun 2020.

(adv/adv)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER