7 Sumber Mata Air di Siraman Putri Tanjung
Prosesi pernikahan Putri Indahsari Tanjung dengan Guinandra Jatikusumo dimulai dengan prosesi siraman dan sungkeman.
Dalam adat siraman ini, ada tujuh mata air yang dicampurkan, diberi tambahan bunga dan dipakai untuk prosesi adat.
Bunga yang dipakai adalah mawar, melati, dan kenanga.
Kembang yang dicampurkan di dalamnya disebut kembang setaman yang harum. Bunga-bunga yang harum ini bermakna calon pengantin akan mengharumkan nama keluarga, bangsa, dan negara.
Sedangkan sumber mata air yang dicampur untuk prosesi siraman ini adalah air dari Masjid Istiqlal, Sunda Kelapa, Cut Meutia, Masjid Agung Al-Azhar, Masjid At-Tin, rMasjid Ramli Mustofa, Masjid Agung Trans Studio bandung, Air Zam-zam dan Kediaman nenek Putri Tanjung.
Setelah dicampurkan, air siraman ini dibawa ke tempat pengantin pria untuk melakukan siraman juuga.
Angka tujuh dalam campuran tujuh mata air melambangkan pertolongan. Tujuh yang berarti pitu atau pitulungan.
Bukan hanya tujuh mata air tapi orang yang akan memandikan atau menyiramkan juga berjumlah ganjil.
Jumlah ganjil ini bermakna agar calon pengantin bisa menjadi manusia yang utama dalam segalanya dan bisa menjadi panutan.
Chairul Tanjung menjadi orang pertama yang menyirami Putri dari kepala sampai ke kaki. Melambangkan bahwa calon pengantin sudah mantap bersama pria pilihannya untuk mengarungi samudera kehidupan. Anita Tanjung menjadi orang kedua yang menyirami Putri Tanjung.
(chs)