Grup musik Debu menjadi pemberitaan setelah terlibat kecelakaan lalu lintas di KM 837.200 Tol Pasuruan-Probolinggo (Paspro) arah timur ke barat, Kota Probolinggo, Jawa Timur, Senin (18/4) pukul 00.10 WIB.
Dua orang tewas dalam kecelakaan ini yakni Firdaus (31) dan Al Haddad Amal Sheikh Aidaros (30), warga Malaysia. Sementara itu, salah satu personel Debu yang bernama Daood Abdullah al Daood dikabarkan mengalami luka berat.
Daood diketahui memiliki posisi sebagai drummer dan telah bersama Debu sejak masih usia belia. Ia bersama Debu menjadi salah satu pengisi musik bernafas Islami di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jejak awal karier Debu dibimbing oleh Syekh Fattaah, guru spiritual para personel yang hijrah ke Indonesia pada 1999. Nama Debu dipilih untuk menggambarkan nilai spiritualitas masing-masing personel.
Debu digambarkan para personelnya sebagai pesan untuk para penggemarnya, bahwa manusia harus tetap mengingat jika manusia hanya tercipta dari seonggok tanah.
Dipimpin oleh Mustafa bin Daood sebagai vokalis dan komposer, Debu mengedepankan leburan kearifan musik Timur dan Barat.
Mereka menolak untuk diasosiasikan dengan jenis musik tertentu meski dalam dua dekade berkarier, musik mereka kerap terlibat dengan khasanah musik Timur Tengah.
Hal itu terlihat dari instrumen yang dimainkan Debu. Selain alat musik konvensional seperti gitar akustik, drum, dan kibor; Debu juga sering melibatkan instrumen musik tradisional lainnya.
Antara lain adalah baglama yang merupakan alat musik petik tradisional dari wilayah Turki, Santur dari Persia, ganun dari dunia Arab, serta orkestrasi yang dihimpun oleh para perkusionisnya.
Sejak berkarier pada 2001, Debu menekankan nilai Sufisme pada tema di lirik-lirik lagunya dan tak terbatas pada bahasa tertentu.
Melalui bimbingan Syekh Fattaah, Sufisme yang dijunjung tinggi oleh Debu selama ini tertuang setidaknya melalui tujuh bahasa: Indonesia, Arab, Inggris, Persia, Turki, Spanyol, dan bahkan Mandarin.
Dalam bahasa Indonesia, Debu telah merilis lima album dengan Dianggap Gila (2010) sebagai koleksi terakhir. Selain itu, mereka juga sempat merilis satu album berbahasa Turki berjudul Hep Beraber (Let's Say It Together) pada 2007.
Semenjak itu, Debu belum lagi mengindikasikan sebuah album baru yang akan dirilis dalam waktu dekat. Meski, mereka kerap mengisi berbagai acara off-air berkaitan dengan momen Ramadan atau perayaan Islami lainnya.
(far/end)