Kesejahteraan petani selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Ketua Bidang Kajian Kebijakan Pertanian pada Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi), Prof. Edi Santosa menyebut peningkatan tersebut bisa dilihat dari data BPS Januari 2022.
Nilai tukar petani (NTP) mencapai 108,67 atau naik sebesar 0,30 persen. Sedangkan nilai tukar usaha petani (NTUP) mencapai 108,65 atau naik 0,12 persen. Selain itu terdapat juga rangkaian kurva NTP yang sangat positif g terjadi di sepanjang periode 2020 lalu.
"Saya percaya kalau NTP dan NTUP naik artinya kesejahteraan petani juga naik. Keduanya adalah indikator pasti yang sudah melalui hitungan BPS," katanya.
Prof Edi mengatakan kenaikan NTP dan NTUP juga berarti adanya kenaikan produksi. Hal ini membuktikan produksi nasional terus mengalami peningkatan secara signifikan. Seperti diketahui, Indonesia sudah tiga tahun berturut-turut tidak melakukan impor beras.
"Saya kira peningkatan ini tidak lepas dari 3 hal. Pertama peningkatan kualitas benih, kedua penyediaan pupuk dan ketiga penggunaan alsintan. Menurut saya inilah yang disebut pertanian maju, mandiri dan modern dibawah Meteri SYL (Syahrul Yasin Limpo)," katanya.
Prof Edi menilai tantangan produksi padi saat ini tidaklah mudah. Apalagi Indonesia dan negara-negara di dunia menghadapi krisis yang sama. Belum lagi adanya perang negara antara Rusia dan Ukraina yang berdampak langsung pada kenaikan harga-harga.
"Indonesia adalah negara yang cukup berhasil dalam meningkatkan produksi padi dan jagung, sehingga ketersediaanya selalu stabil, terutama disaat pandemi seperti saat ini," katanya.
Sebagai informasi, data Badan Pangan Dunia (FAO) menyebutkan Indonesia pada tahun 2018 menduduki peringkat kedua dari 9 negara negara FAO di Benua Asia yang menghasilkan produksi beras melimpah. Adapun urutannya Vietnam 5,89 ton/hektare, Indonesia 5,19 ton/hektare, Bangladesh 4,74 ton/hektare, Filipina 3,97 ton/hektare, India 3,88 ton/hektare, Pakistan 3,84 ton/hektare, Myanmar 3,79 ton/hektare, Kamboja 3,57 ton/hektare dan Thailand 3,09 ton/hektare. Bahkan untuk tingkat Asia posisi produktivitas Indonesia berada di peringkat kedua setelah Vietnam.
"Karena itu keberhasilan ini perlu kita dukung bersama agar ke depan Indonesia menjadi negara kuat yang berdaulat atas panganya sendiri," katanya.
Terpisah, Pengamat Pangan dari Universitas BrawijayaMangku Purnomo mengapresiasi keberhasilan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan produksi padi dan jagung nasional. Baginya, keberhasilan ini merupakan bukti Indonesia adalah negara pertanian yang sangat kuat dan bisa diperhitungkan di kancah internasional.
"Yang pasti kita telah menunjukan kepada negara-negara di dunia bahwa kita adalah bangsa pertanian terkuat yang memiliki potensi besar di sektor pertanian," ujarnya.
(adv/adv)