Legenda Masyarakat Makassar dan Dewi Sri 'Hadir' di Acara B20
Sosok legendaris masyarakat Makassar, Karaeng Pattingalloang, serta dewi kemakmuran Dewi Sri 'hadir' dalam rangkaian acara Business 20 (B20) Summit di Bali. Keduanya tampil sebagai tema pertunjukan musik sinematik dalam dua malam yang berbeda.
Pementasan bertajuk Karaeng Pattingalloang digelar pada Minggu (13/11), sementara kisah Dewi Sri melalui tema Beauty in Diversity digelar pada Senin (14/11), di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali.
Menurut Director of Strategy & Sustainable Development Djarum Foundation, Jemmy Chayadi, selaku penyelenggara pertunjukan, Karaeng Pattingalloang serta Dewi Sri "Beauty in Diversity" dapat merepresentasikan produk budaya Indonesia yang amat kaya dan beragam.
"Pertunjukan ini diharapkan dapat menarik minat dan perhatian para perwakilan perusahaan maupun institusi untuk memberikan perhatian dan menjalin kemitraan di bidang seni pertunjukan budaya di Indonesia," ungkap Jemmy dalam keterangan pers yang diterima oleh CNNIndonesia.com, Rabu (16/11).
B20 Summit 2022 merupakan forum dialog resmi dalam agenda G20 yang kini tengah berlangsung di Bali.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia itu membuka percakapan dengan komunitas bisnis global demi berkolaborasi menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk negara G20 sebagai upaya pemulihan ekonomi dan tantangan bisnis dunia.
Dialog dua malam itu dihadiri oleh 2.000 delegasi yang meliputi Kepala Negara dan CEO perusahaan multinasional terkemuka dari lebih dari 40 negara.
Menurut Jemmy, para pekerja dan pelaku seni di Indonesia telah lama menghadapi tantangan karena pandemi Covid-19. Oleh karena itu, ia berharap upayanya tersebut dapat menumbuhkan berbagai kerja sama yang melibatkan para kreator seni di Indonesia.
"Sekaligus dapat menumbuhkan kembali semangat para pekerja seni setelah melalui badai pandemi, agar dapat bangkit kembali dan menghadirkan karya yang berkelanjutan," sambungnya.
Karaeng Pattingalloang merupakan salah satu sosok ulama karismatik asal Kerajaan Gowa-Tallo yang memiliki pengaruh masif pada pola perdagangan Jalur Rempah di abad ke-17.
Pola perdagangan itu tercipta karena kecerdasan Pattingalloang dalam menyulap Makassar sebagai pusat perdagangan dan internasional saat itu. Saat itu, Pattingalloang menggunakan teleskop Galileo Galilei untuk mengamati bintang-bintang dalam menentukan waktu layar.
Berkat warisan ilmu pengetahuannya, komoditi rempah dari Maluku yang didominasi dengan produk cengkeh dan pala pun dikenal luas oleh publik Eropa.
Pattingalloang juga berhasil merajut simpul Jawa-Makassar-Maluku untuk mengintegrasikan jalur perdagangan yang lebih efektif, hingga komoditi rempah tersebut menembus ke pasar Eropa.
Sementara itu, Dewi Sri merupakan sosok dewi dalam kepercayaan masyarakat Jawa dan Bali yang mencakup segala aspek kehidupan, termasuk pelindung kelahiran dan kematian.
Tak hanya dipercaya mengendalikan bahan makanan di bumi, mengatur kehidupan, kekayaan, dan kemakmuran, Dewi Sri juga mengatur segala kebalikannya yakni kemiskinan, bencana kelaparan, hama penyakit, dan hingga kematian.
Dalam kedua pertunjukan itu, Djarum Foundation bekerja sama dengan para pekerja seni dari tim penari Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan serta tim penari dari kolektif JCORP Stage Company Bali.
Catatan Redaksi: Judul artikel diubah pada Kamis (17/11) pukul 14.25 WIB. Ada perubahan juga di bagian isi berita perihal tokoh Karaeng Pattingalloang yang berasal dari Makassar. Redaksi sebelumnya menyebutkan bahwa tokoh Karaeng Pattingalloang berasal dari Bugis. Redaksi minta maaf atas kekeliruan ini.
(far/end)