
Review Film: Guillermo del Toro's Pinocchio

Saya sama sekali tidak menyangka Pinocchio bisa ditampilkan begitu gelap, seperti yang dilakukan Guillermo del Toro. Seusai menonton, saya langsung mengecek kembali label usia Guillermo del Toro's Pinocchio.
Sebelum menonton, saya sudah mendengar film tersebut akan dark. Namun, sesungguhnya tak pernah mengira benar-benar begitu gelap bahkan ketika adegan disertai iringan musik bernada riang.
Sebagai catatan, saya memang tidak membaca kisah asli novel The Adventures of Pinocchio karya novelis Carlo Collodi. Sehingga, kisah Pinocchio yang membekas di ingatan hanya animasi klasik Disney.
Kala itu, film tersebut menawarkan kegemasan Pinocchio bersama Figaro sang kucing. Pesan yang berulang kali disoroti animasi lawas itu "berlaku anak baik", "jangan berbohong" supaya bisa menjadi a real boy.
Pesan-pesan itu sesungguhnya juga masih ditemukan dalam Guillermo del Toro's Pinocchio, namun mereka seperti puncak gunung es. Sehingga, kenangan terhadap animasi lawas itu perlu dihapus secepat mungkin jika baru mau menyaksikan film ini.
From my many wanderings on this Earth, I had so much to say about imperfect fathers and imperfect sons. And about loss and love.Sebastian J. Cricket |
Begitu banyak hal yang disampaikan Guillermo del Toro dan Matthew Robbins selaku penulis naskah dalam kemasan sangat baik
Pinocchio (2022) mengajak penonton membuka mata dan refleksi tentang banyak hal dalam kehidupan; hubungan orang tua dan anak, kematian, kebahagiaan, selfless wish dan unconditional love.
Duka jadi hal yang benar-benar disoroti film tersebut. Guillermo del Toro's Pinocchio dengan indah menginterpretasikan tentang duka: orang yang ditinggalkan, kenangan yang tersisa, serta hal di depan mata.
Hal itu yang membuat film ini terasa begitu emosional, membuat hati dan mata terasa begitu hangat bahkan hanya dalam 10 menit pertama.
Unsur dark lain dalam film ini juga muncul dari latar waktu yakni selama Perang Dunia II dan fasis Italia di mana anak laki-laki sedini mungkin juga sudah dipersiapkan untuk berperang, menggunakan senjata untuk menghabiskan siapa pun yang menghalaunya.
![]() |
Tak hanya itu, kekerasan terhadap binatang juga ditampilkan begitu terang-terangan dalam Guillermo del Toro's Pinocchio. Film ini juga menampilkan peri yang benar-benar berbeda dalam bayangan anak-anak atau orang selama ini.
Kondisi-kondisi tersebut yang menjadi alasan saya mengecek kembali label usia film tersebut.
Selain untuk plot, visual juga patut diacungi jempol. Kerja keras dan totalitas Guillermo del Toro untuk menghadirkan animasi dengan gaya stop-motion terlihat jelas bahkan di layar kaca.
Detail di setiap adegan, palette of colors yang digunakan semuanya on another level.
Lanjut ke sebelah...