Aktris Michelle Yeoh menolak adanya ide untuk sekuel film Everything Everywhere All at Once. Di samping dari kesuksesan besar film tersebut, Yeoh mengatakan bahwa pembuatan sekuel akan menjadi sia-sia.
"Tidak akan ada sekuel. Kita akan melakukan hal yang sama saja," kata Yeoh saat berbincang bersama Variety di Cannes Film Festival dan rilis Minggu (21/5).
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bintang asal Malaysia berusia 60 tahun itu pun memberikan pandangannya terkait film tersebut. Menurutnya kesuksesan film itu memberikan harapan serta langkah penting bagi masyarakat Asia.
Sebagai pelakon utama dengan peran Evelyn Quan Wang, Yeoh berhasil menjadi perempuan Asia pertama yang menyabet gelar Oscar untuk kategori Best Actress.
Dengan penuh kebanggaan, Yeoh berharap agar pencapaian penting itu dapat dimaknai oleh seluruh orang - terutama Asia - sebagai tapak menuju kesuksesan.
"Hal paling penting yang telah dilakukan oleh film itu adalah memberikan sebuah kebanggaan bagi masyarakat Asia," kata Yeoh.
Ia juga merujuk pengalaman masa lalunya sebagai minoritas di sebuah industri perfilman yang nyaris homogen. Menurut pengakuannya, perjuangan aktor Asia di Hollywood di masa lalu sangatlah kompetitif dan kerap dipandang sebelah mata.
"Ketika hanya ada sedikit peran di masa lalu, itu sangat kompetitif. Kalau kamu mendapat pekerjaan itu, maka saya tidak akan mendapat pekerjaannya," kata Yeoh.
"Tapi sekarang kita harus mengubah pola pikir. Kalau saya sukses, kamu juga bisa sukses," imbuh Yeoh.
Lebih lanjut, Yeoh juga merefleksikan pandangannya soal standar ganda laki-laki yang hingga saat ini masih diterapkan di industri perfilman.
Yeoh menilai bahwa laki-laki masih mendapatkan kesempatan yang lebih lebar daripada perempuan, meski kadang memiliki kiprah buruk dalam proyek sebelumnya. Praktik tersebut, menurut Yeoh, masih terjadi bahkan di studio-studio besar dengan film blockbuster.
"Studio berpikir itu adalah zona nyaman mereka: Film-film ini, anggarannya akan semakin besar dan mereka merasa jika ada lebih banyak kekerasan, CGI, itu akan menjadi lebih baik," terangnya.
"Walaupun kenyataannya tidak demikian," tegas Yeoh.
Bagi Yeoh, tidak ada hal yang dapat mengalahkan kekuatan cerita untuk menilai kesuksesan sebuah film.
"Murni kekuatan cerita. Dalam Everything Everywhere All at Once, meskipun kita melakukan perjalanan lintas semesta, tema utamanya tetap adalah cinta," tukas Yeoh.
Everything Everywhere All at Once berhasil merajai beberapa helatan dan penghargaan film bergengsi sejak tayang pada tengah tahun lalu.
Yang paling mutakhir, film itu mendominasi Academy Awards ke-95 atau Piala Oscar 2023 dengan berhasil membawa pulang penghargaan terbanyak dengan tujuh piala dari total 11 nominasi, termasuk Best Picture yang menjadi kategori paling prestise.
(far/end)