Inara Rusli mengaku sempat mengizinkan Virgoun berpoligami. Namun, ia menegaskan ada syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu jika Virgoun ingin poligami, yakni sosok istri kedua harus berdasarkan pilihannya.
Pernyataan Inara itu terlontar saat Virgoun kembali membahas soal keinginan poligami dengan wanita yang ia inginkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku bilang, 'kamu boleh poligami, tapi aku yang mencarikan,'" ujar Inara saat berbincang dalam siniar Denny Sumargo yang tayang di YouTube, Minggu (4/6).
"Supaya pencariannya lebih objektif saja," imbuhnya.
Lebih lanjut, Inara membeberkan alasan dirinya memutuskan untuk memberikan izin poligami kepada Virgoun.
Ia mengaku sudah terlampau lelah untuk mencari solusi atas sikap suaminya yang tak berhenti menjalin hubungan dengan wanita lain.
"Mungkin dia merasa enggak puas sama aku. Mungkin dia butuh 'warna baru' dalam rumah tangga. Itu solusi dari aku saja," kata Inara.
"Aku tuh udah di titik yang udah urgent, emergency, gawat darurat. Daripada dia kena penyakit menular seksual, kan ke aku juga kenanya? Coba gimana lagi solusinya?" imbuhnya.
Meskipun sempat memberikan izin Virgoun untuk berpoligami, ia mengaku tak sanggup jika suaminya harus menikah lagi terutama dengan perempuan yang kini ia sebut-sebut menjadi orang ketiga dalam pernikahannya dengan Virgoun.
"Bukan sama perempuan itu," cetus Inara.
CNNIndonesia.com telah meminta izin kepada Inara Rusli dan Denny Sumargo untuk mengutip bahasan dalam siniar tersebut.
Bahasan soal poligami yang diinginkan Virgoun ini telah diungkap Inara sejak masalah perselingkuhan suaminya terkuak.
Akhir April 2023, Inara menyebut dirinya kerap mendapat tindakan manipulatif berupa love bombing dan silent treatment sehingga membuat efek roller coaster pada dirinya.
Love bombing merupakan tindakan baik fisik maupun verbal berupa kasih sayang berlebih. Perilaku ini biasanya dilakukan untuk memanipulasi hubungan demi mendapatkan apa yang diinginkan.
Sementara itu, silent treatment adalah sikap seseorang untuk memilih diam saat berhadapan dengan konflik. Aksi ini bisa menjadi kekerasan emosional bila digunakan untuk memanipulasi atau mengontrol orang lain.
Lanjut ke sebelah...