Butet Kartaredjasa, Seniman yang Bikin 'Panas Dingin' Politisi
Seniman Butet Kartaredjasa baru-baru ini jadi sorotan. Monolognya bikin 'panas-dingin' pelaku politik tanah air. Siapa sebenarnya Butet Kertaredjasa ini?
Butet bikin heboh jagad politik lewat monolog yang disampaikan dalam puncak gelaran Bulan Bung Karno pada Sabtu (24/6) di Stadion Utama GBK, Jakarta. Dia mengambil istilah 'pandir' dan 'tukang culik', serta tanpa ragu mengaku bahwa kedua istilah tersebut digunakan untuk menyindir bakal calon presiden Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
"Ya, memang seperti itu, kok. Itu fakta. Semua itu sumbernya fakta. [Yang] mengatakan banjir air parkir siapa? Ya, fakta. Terus menculik, kalau memang tidak merasa menculik, ya, kenapa heboh gitu," kata Butet pada CNNIndonesia.com, Selasa (27/6).
Ada yang tak suka? Butet santai saja.
Lama berkecimpung di dunia seni membuatnya 'kenyang' dengan respons negatif dan kritik. Kritik, lanjutnya, adalah bentuk perhatian terhadap karya seni.
Seni seolah sudah jadi bagian dari 'DNA' Butet. Pria kelahiran 21 November 1961 ini adalah putra dari seniman Yogyakarta Bagong Kussudiardja. Sang kakak, mendiang Djaduk Ferianto juga merupakan seniman.
Butet banyak berkecimpung dalam dunia teater. Ia pernah tergabung dalam Teater Kita-Kita, Teater SSRI, Sanggarbambu, Teater Dinasti, Teater gandrik, Komunitas Pak Kanjeng, dan Teater Paku. Kini ia aktif di komunitas seni Kua Etnika.
Tak hanya panggung teater, Butet juga merambah ke panggung televisi dan layar perak. Di sebuah program stasiun televisi swasta, ia pernah memerankan tokoh SBY (Si Butet Yogya).
Ia juga pernah berkolaborasi dengan aktor Slamet Rahardjo dan komedian Cak Lontong di program berbeda.
Butet juga wira-wiri di layar perak mulai dari film Petualangan Sherina (2000), Banyu Biru (2005), Jagad X Code (2009), Soegija (2012), sampai yang terbaru Satria Dewa: Gatotkaca (2022).
Seni tampaknya menjadi 'kendaraan' Butet untuk melontarkan kritik. Menyambut Pemilu 2014, dia pernah digandeng musikus sufi Candra Malik untuk merilis single bertema kritik sosial politik.
Menghimpun informasi dari berbagai media, Butet menyampaikan monolog dalam lagu "Akulah Penguasa (Menang Pemilu)".
Tak hanya monolog, ia pun menyampaikan kritik lewat lukisan. Pada 2017 lalu, ia pernah memamerkan karya visual berupa lukisan di atas keramik. Lukisan menggambarkan kritik sosial dan pesan moral dalam bahasa Jawa.
Saat ditanya perihal respons dan kritik soal karya seninya, Butet menanggapi santai. Dia berkata karya seni itu datang dari kejujurannya.
"Tapi saya tak mau menjelaskan-menjelaskan lagi karya seni saya, karya seni itulah yang kemudian berbicara," imbuhnya.
(els/asr)