Mantan direktur kreatif dari Lizzo dan mantan penari lainnya dari penyanyi AS itu memberikan dukungan pada gugatan yang menyebut pelantun Truth Hurts itu melakukan pelecehan hingga intimidasi.
Diberitakan Page Six pada Selasa (1/8), mantan direktur kreatif Lizzo, Quinn Whitney Wilson, dan mantan penari Lizzo lainnya, Courtney Hollinquest, mengisyaratkan keduanya juga mengalami hal serupa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai klarifikasi, saya bukan bagian dari gugatan tersebut, tapi ini sangat banyak mirip dengan pengalaman saya selama di sana," kata Hollinquest dalam unggahan di Instagram Story.
"Dukungan besar untuk para penari yang memiliki keberanian untuk mengungkap ini," lanjutnya.
Tak lama setelah Hollinquest mengunggah di Story, Wilson mengunggah ulang pernyataan tersebut di akun media sosialnya.
"Senada dengan apa yang Hollinquest katakan, saya sudah bukan jadi bagian dunia itu selama tiga tahun, untuk sebuah alasan," kata Wilson di Instagram Story.
"Saya sangat bertepuk tangan kepada para penari yang berani membawa ini ke permukaan, dan saya berduka atas sebagiannya adalah pengalaman saya sendiri," katanya.
Tiga mantan penari Lizzo sebelumnya menggugat penyanyi Amerika Serikat tersebut dengan tuduhan melakukan pelecehan seksual, pelecehan berat badan, dan membuat lingkungan kerja yang tak ramah.
Menurut laporan Variety pada Selasa (1/8), gugatan itu didaftarkan ke Pengadilan Tinggi Los Angeles County terhadap Lizzo yang bernama asli Melissa Viviane Jefferson, perusahaannya Big Grrrl Big Touring Inc. (BGBT), dan kapten penari Lizzo yang bernama Shirlene Quigley.
Sementara itu, para mantan penari yang jadi penggugat itu bernama Arianna Davis, Crystal Williams, dan Noelle Rodriguez.
Ketiganya menuding Lizzo dan tergugat dengan tudingan pelecehan seksual, rasial, dan agama, diskriminasi disabilitas, penyerangan dan pemenjaraan palsu, serta serentet tudingan lainnya.
Salah satu tudingan di gugatan tersebut adalah saat para mantan penari itu dipaksa untuk menyentuh penari bugil saat sex show di kawasan prostitusi Red Light District Amsterdam, Belanda.
Ketiganya terpaksa mengikuti perintah memalukan tersebut karena mengaku takut kehilangan pekerjaan mereka.
"Acara utama dari malam itu adalah di sebuah klub bernama Bananenbar, di mana pelanggan diizinkan untuk berinteraksi dengan pemain yang benar-benar telanjang," kata ketiganya dalam gugatan tersebut.
"Saat di Bananenbar, segalanya menjadi tidak terkendali. Lizzo mulai mengundang anggotanya untuk menyentuh penampil bugil, menangkap dildo yang dikeluarkan dari vagina penampil, dan makan pisang dari vagina penampil," lanjutnya.
"Lizzo kemudian menarik perhatiannya ke Nona Davis dan mulai memaksa Nona Davis untuk menyentuh payudara salah satu penampil perempuan bugil di klub itu. Lizzo mulai memimpin sorakan yang mendorong Nona Davis," tulis gugatan tersebut.
"Nona Davis tiga kali mengatakan, cukup keras untuk didengar semua orang, 'I'm good', mengungkapkan keengganan dirinya untuk menyentuh penampil tersebut." lanjutnya.
Dalam gugatan itu, para penggugat mengatakan mereka terkejut betapa kecil kepedulian Lizzo terhadap otonomi tubuh para karyawannya dan orang-orang di sekitarnya.
Variety menyebut sudah menghubungi pihak Lizzo terkait gugatan ini, tapi yang bersangkutan tidak segera merespons.
(end)