Salah satu pelukis kenamaan Indonesia, Djoko Pekik meninggal dunia pada Sabtu (12/8) pada pukul 08.00 WIB di Yogyakarta. Ia meninggal pada usia 86 tahun.
"Iya (meninggal dunia), jam delapan tadi," kata seniman Butet Kartaredjasa membenarkan kabar tersebut, saat dihubungi Sabtu (12/8).
Lahir pada 2 Januari 1937, Djoko Pekik adalah salah satu seniman besar di Indonesia. Ia merupakan lulusan sekolah seni Akademisi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta pada 1962.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kemampuan melukisnya lebih banyak didapatkan dari Sanggar Bumi Tarung. Pada dekade yang sama, Djoko Pekik tergabung dalam Lekra.
Lekra atau organisasi Lembaga Kebudayaan Rakyat didirikan atas inisiatif anggota yang aktif di Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1950. Namun Lekra sama sekali terpisah dari partai tersebut.
![]() |
Karya Djoko semasa berada di Sanggar Bumi Tarung pernah masuk dalam lima besar lukisan terbaik di pameran tingkat nasional yang diadakan oleh Lekra pada 1964.
Namun pilihan berkarya secara kritis di Lekra membawa konsekuensi pelik untuk hidup Djoko Pekik, terutama usai meletus tragedi Gerakan 30 September 1965.
Peristiwa itu membuat dirinya menjadi buruan tentara keamanan. Ketika berada di Jakarta untuk menggelar pameran, ia pun sempat bersembunyi tapi ketahuan.
Djoko Pekik kemudian ditahan tanpa diadili karena keterlibatan dengan Lekra tersebut antara 1965 hingga 1972. Padahal sebelum itu, Djoko pernah beberapa kali menggelar pameran karyanya di Jakarta.
"Saya dikatakan pelarian dari Jakarta dan dituduh sebagai pembunuhan para jenderal," kata Djoko Pekik seperti diberitakan detikHot.
"Saya ingat betul bagaimana rasanya gelap di penjara, kedinginan, kelaparan, disuruh jalan jongkok dengan kepala diinjak, punggung bengkak, badan semua berdarah. Sengsara sekali," katanya.
![]() |
Setelah menjadi tahanan politik, Djoko kemudian memutuskan vakum sampai 1990 saat ia mulai memamerkan kembali karyanya di Edwin Galeri Jakarta.
Pada 1999, nama Djoko Pekik menjadi lebih dikenal setelah salah satu karyanya, yakni Berburu Celeng. Lukisan itu dibuat pada 1998 dan menjadi gambaran keadaan pemimpin Indonesia pada era Orde Baru terjual seharga satu miliar rupiah.
Karya Djoko Pekik masih sering menjadi obyek dalam berbagai pameran, antara lain pada pameran tunggalnya Jaman Edan Kesurupan di Galeri Nasional (2013), dan pada ARTJOG 9 di Jogja National Museum (2016).
Kurator dan pengamat seni Amir Sidharta pernah mengatakan kepada CNNIndonesia.com beberapa tahun lalu, bahwa Djoko Pekik dan seniman Lekra termasuk orang yang menyumbang sejarah dalam dunia seni rupa Indonesia.
"Selain teknik berkeseniannya, mereka juga besar karena memiliki sejarah panjang dengan Lekra. Sayangnya, mereka seakan dihapus dari peta dunia seni Indonesia karena terafiliasi dalam Gerakan 30 September," kata Amir pada 2015.
Selamat jalan, Djoko Pekik.