5 Fakta Soal Women from Rote Island, Film Terbaik Piala Citra FFI 2023
Women from Rote Island menjadi sorotan setelah membawa pulang Piala Citra FFI 2023 untuk kategori prestise Film Panjang Terbaik.
Film tersebut mengalahkan sejumlah unggulan lainnya, seperti Budi Pekerti karya Wregas Bhanuteja dan 24 Jam Bersama Gaspar karya Yosep Anggi Noen.
Lihat Juga : |
Selain itu, film yang konon didasarkan dari kisah nyata ini juga ditayangkan di berbagai festival film internasional, salah satunya Busan International Film Festival 2023.
Berikut 5 fakta soal Women from Rote Island.
1. Sinopsis singkat
Women from Rote Island mengisahkan perjalanan seorang perempuan asal Pulau Rote bernama Orpha. Ia merupakan seorang pekerja migran ilegal yang akhirnya dipulangkan dari Sabah, Malaysia.
Kepulangan Orpha juga bersamaan untuk menghadiri pemakaman ayahnya. Namun kepulangan Martha tersebut juga menyimpan duka lantaran ia mengalami trauma menjadi korban kekerasan seksual.
Bukan hanya itu, selama dua tahun bekerja di perkebunan kelapa sawit, ia tidak membawa apapun selain daripada depresi usai tragedi pemerkosaan yang menimpanya.
Di kampung halaman, Orpha berusaha dan berjuang menjalani kehidupannya dengan rasa trauma tersebut. Bukan hanya itu, Orpha juga berjuang melawan kekerasan baik secara verbal maupun non verbal yang ia terima.
"Orpha harus menghadapi diskriminasi yang terus terjadi dan tradisi berabad-abad yang selalu menempatkan perempuan sebagai gender kelas dua di masyarakat," tulis pihak Busan International Film Festival terkait film Women from Rote Island.
2. Kru dan pemain
Women from Rote Island ditulis dan diarahkan oleh Jeremias Nyangoen. Menurut laman Busan International Film Festival, film ini adalah debut penyutradaraan sineas lulusan Institut Kesenian Jakarta tersebut.
Sebelum menjadi sutradara film ini, Jeremias dikenal sebagai produser, aktor, dan penulis film. Sejumlah film yang pernah ia rulis adalah Denias, Senandung di Atas Awan (2006) dan Serdadu Kumbang (2011).
"Sesungguhnya film ini ingin mengajak orang untuk berani speak-up, berteriak, untuk melawan kejahatan-kejahatan tersebut," kata Jeremias dalam video sambutan di BIFF 2023.
"Sebab para pelakunya berada di mana-mana, bisa terjadi kapan saja, dan bisa dialami oleh perempuan maupun laki-laki," lanjutnya.
Lanjut ke sebelah...