Garin Nugroho Bocorkan 'Kegilaan' dalam Produksi Samsara

CNN Indonesia
Jumat, 22 Nov 2024 14:40 WIB
Garin Nugroho mengaku puya metode tersendiri saat garap film bisu hitam putih Samsara yang juga bakal disajikan sebagai cine-concert.
Garin Nugroho mengaku puya metode tersendiri saat garap film bisu hitam putih Samsara yang juga bakal disajikan sebagai cine-concert. (CNN Indonesia/Muhammad Feraldi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Garin Nugroho mengaku memiliki metode tersendiri saat menjadi sutradara film bisu berjudul Samsara. Ia menamai metode itu dengan sebutan "kegilaan terukur."

Menurut Garin, kegilaan terukur itu dorongan untuk mengerahkan imajinasi ketika menggarap Samsara, selagi tetap memerhatikan kapasitas secara teknis mengeksekusi imajinasi tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu istilah yang saya buat. Sebenarnya kan ada dasar profesionalisme ya. Profesionalisme itu bisa tumbuh kalau ada kegilaan, yaitu imajinasi," ujar Garin di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (20/11).

"Kalau enggak ada kegilaan hanya berhenti pada keterampilan saja. Kalau keterampilan saja ya membosankan," lanjutnya.

Garin kemudian mengungkapkan kegilaan terukur itu juga diterapkan untuk manajemen produksi. Ia mengaku berusaha mengeksplorasi 'kemasan' Samsara ketika akhirnya tayang secara luas.

Metode itu akhirnya mendorong produser Gita Fara melakukan berbagai cara baru distribusi Samsara. Film bisu hitam putih itu akhirnya juga disiapkan dalam format cine-concert yang memadukan film dan pertunjukan musik.

[Gambas:Video CNN]



Menurut Garin, metode itu membantu dirinya dan kru di balik Samsara menemukan model baru saat produksi film. Ia mengibaratkan metode itu bagaikan membuat peta baru dalam pembuatan film.

"Saya tantang Gita, kalau sumbernya dari film saja kamu sudah ahli. Kalau digabung dengan pertunjukan dana dan tempatnya, itu kan peta baru," ungkap Garin.

"Sebetulnya kegilaan terukur itu menuju kepada peta baru. Bosan juga kalau kita ini petualang semua, tetapi petanya sama terus," sambungnya.

Gita Fara lalu menambahkan bentuk kegilaan terukur yang muncul saat produksi Samsara. Para kru disebut belajar teknis baru ketika merekam musik gamelan Bali untuk scoring.

Perekaman yang melibatkan sound engineer asal Jerman itu pun menghasilkan sebuah terobosan. Mereka merekam gamelan dengan memakai bambu sebagai peredam setelah melewati banyak jenis percobaan.

"Kami belajar hal teknis baru karena sound engineer kami itu dari Jerman dan saintifik banget. Dia mengetes gamelan itu peredamnya paling bagus kalau direkam itu pakai apa," ujar Gita.

"Pertama dia coba pakai tanah. Jadi, kami rekaman di tanah. Namun, akhirnya bambu ternyata adalah peredam yang paling bagus untuk merekam gamelan," lanjutnya.

Samsara merupakan film bisu hitam putih karya penulis dan sutradara Garin Nugroho. Film tersebut mengisahkan seorang laki-laki, bernama Darta (Ario Bayu), yang berasal dari keluarga miskin di Bali pada era 1930-an.

Darta jatuh cinta dengan seorang perempuan bernama Sinta. Setelah menjalin kasih, Darta berusaha melamar kekasihnya itu. Namun, lamarannya itu ditolak orang tua kekasihnya yang berasal dari keluarga kaya raya.

Ia kemudian mencari jalan pintas agar bisa mendapatkan restu dari orang tua Sinta. Darta melakukan perjanjian gelap dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap agar diberi kekayaan dan pada akhirnya diterima oleh keluarga Sinta.

Namun, perjanjian dan ritual itu memiliki konsekuensi yang bakal berpengaruh pada nasib istri dan anaknya.

Samsara menggandeng Ario Bayu Juliet Widyasari Burnett, dan Gus Bang Sada sebagai pemeran utama. Selain itu, diramaikan juga oleh I Ketut Arini, Arani Willems, Cok Sawitri, Valentine Payen-Wicaksono, Siko Setyanto, dan I Wayan Wira Kusuma.

Samsara tayang pertama kali di Esplanade Singapore pada 10 Mei. Film itu lalu akan keliling ditayangkan dalam format cine-concert di Yogyakarta, Jakarta, Australia, dan negara-negara lainnya.

(frl/chri)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER