Politikus PDIP Kritik 'Pembredelan' Pameran Yos Suprapto di Galnas

CNN Indonesia
Sabtu, 21 Des 2024 13:10 WIB
Politikus PDIP kritik dan nilai pembredelan pameran lukisan Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia preseden buruk pemerintahan Prabowo. (ANTARA FOTO/Idlan Dziqri Mahmudi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Anggota Komisi X Fraksi PDIP Bonnie Triyana mengkritik pembatalan pameran lukisan Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia. Pameran bertajuk Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan batal beberapa jam sebelum dibuka.

Pembatalan terjadi setelah tak ada kesepakatan antara seniman dan kurator pameran atas beberapa lukisan. Lima dari 30 lukisan diminta diturunkan oleh kurator dan permintaan itu ditolak Yos hingga batal pameran.

Bonnie menilai pembatalan yang dilakukan oleh lembaga di bawah Kementerian Kebudayaan itu dapat menjadi preseden buruk bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

"Negara harus menjamin kebebasan berekspresi seniman. Sensor karya yang terjadi dalam pameran ini bisa jadi preseden buruk dalam pemerintahan Prabowo Subianto," kata Bonnie dalam keterangan tertulis, Sabtu (21/12).

Bonnie menilai seyogianya pemerintah memberi ruang kepada para seniman dan masyarakat untuk berekspresi melalui seni alih-alih melakukan intervensi.

"Mestinya negara bisa memberi ruang pada masyarakat atau pelaku seni dan kepada kurator untuk bisa berdiskusi secara kritis dengan publik. Jadi jangan malah alergi dan intervensi," jelas Bonnie.



Di sisi lain, Bonnie menilai wajar jika karya seni digunakan sebagai alat menyampaikan kritik. Namun, kata dia, seni tak boleh dilihat dengan kacamata kuda.

"Bagaimanapun karya seni merupakan medium untuk kritik sosial adalah hal yang lazim. Dan seni itu multitafsir sehingga bahaya juga kalau dilihat hanya dari satu perspektif," jelas Bonnie.

"Seniman memiliki otoritas dalam berkarya dengan temanya masing-masing dan itu tidak akan menimbulkan bencana politik apa-apa," sambungnya.

Lebih lanjut, Bonnie mengimbau pemerintah tak ikut mengurusi ruang ekspresi publik. Ia menyebut kebebasan pendapat penting untuk memajukan demokrasi Indonesia.

"Biarkan ruang berekspresi dan kebebasan bicara menjadi milik publik dalam rangka pendewasaan bangsa Indonesia dalam berdemokrasi," ujar Bonnie.

Suwarno Wisetrotomo selaku kurator pameran tersebut telah buka suara atas situasi yang terjadi di Galeri Nasional.

Melalui keterangan tertulis, Suwarno menyatakan ada dua karya yang menggambarkan opini pribadi sang seniman soal praktik kekuasaan yang tidak sesuai dengan tema, yaitu 'Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan'.

"Saya sampaikan kepada seniman bahwa karya tersebut tidak sejalan dengan tema kuratorial, dan berpotensi merusak fokus terhadap pesan yang sangat kuat dan bagus dari tema pameran," kata Suwarno.

"Menurut pendapat saya, dua karya tersebut 'terdengar' seperti makian semata, terlalu vulgar, sehingga kehilangan metafora yang merupakan salah satu kekuatan utama seni dalam menyampaikan perspektifnya," sambungnya.

Sementara itu dalam keterangan resmi di media sosial, Galeri Nasional mengatakan pameran harus ditunda imbas kendala teknis yang tidak bisa dihindari. Padahal, pameran itu dijadwalkan berlangsung sebulan sejak 20 Desember 2024.

Pihak Galeri Nasional mengaku memahami rasa kecewa yang berpotensi muncul imbas langkah tersebut. Lembaga budaya itu lantas meminta maaf kepada semua pihak atas penundaan yang diputuskan tiba-tiba.

Mereka mengklaim penundaan pameran seniman ternama itu diambil atas pertimbangan yang matang. Galnas juga berjanji akan menjalin komunikasi dengan Yos Suprapto agar dapat menemukan solusi terbaik.

(mab/chri)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK