Seniman Yos Suprapto mengklaim rugi besar imbas pembatalan pameran bertajuk bertajuk Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan oleh Galeri Nasional Indonesia.
Yos menjelaskan pameran itu sejatinya sudah dijadwalkan untuk dibuka pada 3 Desember lalu. Ia juga sudah mengundang sejumlah tamu luar negeri untuk hadir.
Tapi pameran diundur jadi 19 Desember sebelum akhirnya dibatalkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pameran saya yang seharusnya tanggal 3 Desember, kemudian diundur menjadi 19 Desember, sehingga saya harus mengalami kerugian materi yang cukup banyak," kata Yos dalam konferensi pers di Kantor YLBHI, Jakarta, Sabtu (21/12).
"Karena saya mengundang tamu dari luar negeri, dari Australia maupun dari Filipina dan maupun dari Belanda, itu saya yang mengeluarkan ongkos untuk akomodasi mereka," sambungnya.
Yos mengatakan penundaan itu sebagai bentuk Galeri Nasional telah lalai dalam memenuhi kesepakatan yang sudah dijalin bersama.
Kemudian, kata dia, pameran itu dijadwalkan ulang untuk dibuka pada 19 Desember dengan kesepakatan karya mulai dipasang pada 13 Desember.
Namun, Ia menyebut kurator Suwarno Wisetrotomo tak hadir dalam proses pemasangan karya-karya untuk dipamerkan.
Yos menyebut Suwarno baru datang pada 17 Desember dan langsung mengatakan bahwa terdapat sejumlah karya yang tidak dapat dipamerkan.
"Dia mengatakan bahwa ada 2 lukisan yang menurut dia itu tidak relevan dengan tema lukisan, dan itu akan mengurangi bobot tema lukisan itu sendiri, dan itu harus diturunkan dan tidak boleh dipasang," ujar dia.
"Alasannya ketidakrelevansian itu karena visualisasi yang menurut dia, yang kemudian diviralkan itu sebagai ungkapan kemarahan belaka," sambungnya.
Sebelumnya, Suwarno telah buka suara atas situasi yang terjadi di Galeri Nasional. Ia menyatakan ada dua karya yang menggambarkan opini pribadi sang seniman soal praktik kekuasaan yang tidak sesuai dengan tema.
"Saya sampaikan kepada seniman bahwa karya tersebut tidak sejalan dengan tema kuratorial, dan berpotensi merusak fokus terhadap pesan yang sangat kuat dan bagus dari tema pameran," kata Suwarno.
"Menurut pendapat saya, dua karya tersebut 'terdengar' seperti makian semata, terlalu vulgar, sehingga kehilangan metafora yang merupakan salah satu kekuatan utama seni dalam menyampaikan perspektifnya," sambungnya.
Sementara itu dalam keterangan resmi di media sosial, Galeri Nasional mengatakan pameran harus ditunda imbas kendala teknis yang tidak bisa dihindari. Padahal, pameran itu dijadwalkan berlangsung sebulan sejak 20 Desember 2024.
Pihak Galeri Nasional mengaku memahami rasa kecewa yang berpotensi muncul imbas langkah tersebut. Lembaga budaya itu lantas meminta maaf kepada semua pihak atas penundaan yang diputuskan tiba-tiba.
Mereka mengklaim penundaan pameran seniman ternama itu diambil atas pertimbangan yang matang. Galnas juga berjanji akan menjalin komunikasi dengan Yos Suprapto agar dapat menemukan solusi terbaik.
(mab/agt)