Perjalanan hidup pebisnis sekaligus seniman Hamzah Sulaiman resmi diangkat menjadi film dokumenter berjudul Jagad'e Raminten alias Raminten Universe.
Film itu mengisahkan kiprah Hamzah, yang juga dikenal dengan nama Raminten, dalam mengembangkan berbagai lini bisnis selagi aktif di dunia seni kabaret dan membangun komunitas inklusif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raminten Universe diproduksi Kalyana Shira Foundation, menggandeng Nia Dinata sebagai sutradara dan Dena Rachman sebagai produser dan penulis. Nia mengatakan film itu mengungkap sepak terjang Raminten yang aktif mendorong keberagaman lewat komunitasnya.
"Gagasan membuat film dokumenter ini sudah ada sejak 2023, ketika Dena masih di London menyelesaikan disertasinya tentang representasi dalam industri film Indonesia," ujar Nia dalam keterangan resmi, Rabu (2/7).
"Muncul sosok Raminten dalam benak kami sebagai wujud nyata dari representasi keberagaman dan unconditional love," tuturnya.
"Melalui film ini juga kami bersama seluruh keluarga dan sahabat hendak memberi penghormatan pada almarhum Hamzah Sulaiman. Sungguh sebuah kehormatan besar bagi kami dapat membawa kisahnya ke mata dunia," sambungnya.
Film dokumenter berdurasi 95 menit itu membahas sepak terjang Raminten sebagai salah satu ikon Yogyakarta. Ia sosok penting yang dikenal lewat berbagai bisnis lintas sektor di kota pelajar tersebut, mulai dari toko oleh-oleh, restoran, hingga butik.
Namun, di balik itu, Raminten juga menaruh perhatian besar terhadap dunia seni lewat pertunjukan kabaret. Hamzah Sulaiman, nama aslinya, menyalurkan perhatian tersebut dengan membangun komunitas kabaret yang inklusif.
Semangat itu tidak hanya digalakkan di atas panggung, tetapi juga meluas hingga menyentuh kehidupan orang-orang di dalamnya. Komitmen ini meninggalkan warisan besar bagi banyak orang, terlebih setelah kepergian Raminten pada April 2025.
"Sosok Raminten tidak hanya memperjuangkan inklusivitas di atas panggung, tetapi juga dalam kehidupan nyata dengan menciptakan penghidupan yang layak dan berkelanjutan," ujar Dena.
"Kami merasa terdorong untuk mengabadikan warisan ini dalam sebuah karya yang dapat terus menginspirasi," sambungnya.
Film dokumenter Jagad'e Raminten (Raminten Universe) tayang perdana lewat pemutaran yang berlangsung di Auditorium IFI Yogyakarta.
Pemutaran itu dihadiri lebih dari 250 orang, termasuk keluarga besar Raminten, komunitas pencinta film, aktivis, hingga seniman lokal dan nasional.
Pemutaran berikutnya akan dilaksanakan di panggung ARTJOG 2025 yang bertempat di Jogja National Museum pada Sabtu (5/6). Informasi pemutaran juga dapat dilihat lewat Instagram @ramintenuniverse.
Sementara itu, Hamzah Sulaiman merupakan sosok ikonis Yogyakarta yang dikenal sebagai pebisnis dan seniman. Ia merupakan anak bungsu dari pendiri Grup Mirota, salah satu perusahaan retail paling terkenal di Yogyakarta.
Hamzah mengembangkan bisnis peninggalan orang tua bersama saudara lainnya, hingga melahirkan House of Raminten sampai Mirota Batik yang kini bernama Hamzah Butik.
Kiprah Hamzah juga dikenal lewat seni kabaret. Ia kerap tampil di panggung teater sebagai perempuan Jawa tua bernama Raminten.
Dedikasi dan kontribusinya di dunia bisnis hingga seni membuat Hamzah mendapat gelar Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamijinindyo dari Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Hamzah meninggal dunia dalam usia 75 tahun pada 24 April 2025.
(frl/chri)