Jawaban Kreator Merah Putih Soal Tudingan Pakai Animasi 3D Luar Negeri
Sutradara dan produser eksekutif film Merah Putih: One for All, Endiarto, menjawab tudingan netizen bahwa film animasi tersebut mengambil banyak aset dari studio animasi 3D luar negeri.
Ia menegaskan visual yang muncul dalam Merah Putih: One for All itu merupakan hasil kerja para animator yang terlibat. Endiarto bahkan menilai kemiripan dengan bukti-bukti yang diungkapkan netizen adalah hal wajar di dunia kreatif.
"Sebuah film animasi itu ada kebebasan gaya. Di situ kita bisa dapatkan interpretasi dari keahlian animator, lalu diformulasikan dalam bentuk visual," ujarnya dalam acara detikpagi, Senin (11/8).
"Kalau pun itu mendekati dan hampir mirip, kan enggak bisa kita harus patok. Dunia itu luas, kalau ada kemiripan ya itu sah-sah saja," lanjutnya.
Endiarto kemudian mengatakan animator yang terlibat dalam produksi Merah Putih: One for All sejak awal tidak berniat membuat visual mirip seperti karya-karya lain.
Mereka disebut bekerja keras untuk menciptakan dunia film animasi tersebut, termasuk membuat latar alam pedesaan. Ia pun menyerahkan semua komentar itu kepada penonton, selama penilaian tersebut terlontar setelah menyaksikan film Merah Putih: One for All secara utuh.
"Cuma pada awalnya animator kami bukan bermaksud begitu, dia mengeluarkan segala usaha termasuk membuat alam pedesaan," ungkapnya.
"Kami serahkan justifikasi itu dari penonton, cuma kalau belum menonton secara penuh kan rasanya tidak fair. Saran kami ayo ditonton dulu baru bisa memberi komentar, apapun itu baik atau tidak baik," sambung Endiarto kepada detikpagi.
Merah Putih: One for All sedang ramai disorot oleh netizen di media sosial. Film animasi itu memantik kontroversi dengan berbagai kritik dan kekecewaan yang terlontar dari netizen.
Sebagian besar netizen mengaku kecewa hingga heran dengan film animasi tersebut. Sorotan dari netizen meluas hingga sejumlah akun mendapati temuan di balik Merah Putih: One for All, seperti tentang aset visual.
Netizen menduga aset-aset yang digunakan dalam film, seperti latar jalanan dan karakter, bukan dibuat secara mandiri melainkan dibeli dari toko digital seperti Daz3D. Hal ini dibocorkan oleh YouTuber Yono Jambul.
"Mereka ada adegan jalan kan. Nah mereka belinya aset street of Mumbai. Aneh banget kan makanya jalannya," ucap Yono, seperti dilansir Detik.
Penggunaan aset siap pakai tanpa penyesuaian yang memadai membuat film ini minim nuansa lokal dan terasa aneh secara keseluruhan. Para warganet menilai bahwa selera artistik animatornya kurang, sehingga semakin memperkuat kesan buruk pada film.