Andhika Pratama memiliki pesan pribadi untuk para anggota dewan dan pejabat di pemerintahan, setelah sejumlah insiden kerusuhan mewarnai Indonesia dalam beberapa hari terakhir.
Dalam acara Brownis yang tayang pada Sabtu (30/8), Andhika yang menjadi presenter pengganti Ruben Onsu yang sedang umrah mencurahkan perasaannya melihat situasi Indonesia saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi, setelah insiden Affan Kurniawan meninggal dunia akibat dilindas mobil rantis Brimob dalam aksi demo yang terjadi pada 28 Agustus 2025, yang diakui oleh Andhika membuatnya terpukul.
"Satu lagi mungkin pesan saya pribadi untuk bapak dan ibu yang terhormat yang duduk di atas sana, dan punya kendali atas semua ini, di antara bapak dan ibu ada teman saya juga, ada abang saya juga, ada saudara dan kakak kita yang sedang bertugas," kata Andhika.
"Kami tahu tugas kalian berat, yang ingin saya sampaikan adalah sebisa mungkin stop beri reaksi-reaksi 'konyol' terhadap kritik dari masyarakat terhadap kinerja kalian," lanjutnya dengan memberikan penekanan petik pada kata "konyol".
"Karena memang kami memberi amanah ini kepada kalian, jadi kami harap kalian bisa menjaga amanah dari kami semua," kata suami Ussy Sulistiawati tersebut, seperti diberitakan detikHot pada Senin (1/9).
"Dan ketika kritik terus berdatangan, ada baiknya bereaksilah dengan baik, tanpa harus memberikan statement-statement yang, maaf, saya harus bilang konyol di sosial media sehingga memicu amarah dari banyak orang."
Dalam acara itu pula, Wendy Cagur juga tak kuasa menahan air matanya dalam memberikan tanggapan atas situasi yang terjadi beberapa waktu terakhir.
Wendy mengakui dirinya belum pernah merasa semarah dan sesedih ini, setelah mendengar sejumlah kebijakan atau berita terkait Indonesia yang membuatnya gusar dan puncaknya terjadi tragedi yang menimpa Affan.
"Semoga ini diusut tuntas," kata Wendy. "Kita mau yang terbaik untuk Indonesia, kita enggak mau ada korban dari saudara-saudara kita."
Gelombang demonstrasi terjadi di berbagai wilayah Indonesia bermula dari protes kebijakan tunjangan bagi anggota DPR, ditambah dengan sikap dan pernyataan anggota dewan yang dianggap tidak peka terhadap situasi rakyat Indonesia yang terhimpit ekonomi.
Tewasnya Affan Kurniawan kemudian membuat berbagai kelompok sipil menuntut reformasi kepolisian, pembentukan tim investigasi kematian Affan, tidak ada kriminalisasi demonstran, transparansi anggaran untuk anggota dewan, pemeriksaan anggota dewan yang bermasalah, pemecatan kepada kader partai yang tidak etis, dialog publik bersama mahasiswa dan masyarakat sipil.
Selain itu ada juga tuntutan untuk pembebasan demonstran yang ditahan, penghentian tindakan represif oleh kepolisian dan penaatan SOP pengendalian massa, transparansi proses hukum terhadap pelanggaran HAM, hingga menuntut setop campur tangan militer dalam keamanan, dan upah layak untuk butuh serta pencegahan PHK massal.
Namun aksi ini dimanfaatkan sejumlah massa tak dikenal untuk memicu kerusuhan dan perusakan bangunan dan fasilitas publik di berbagai kota.
Presiden Prabowo pada 29 Agustus 2025 memberikan sejumlah pernyataan, mulai dari mengajak masyarakat menyampaikan aspirasi dengan cara damai, pelaku anarkisme dan penjarahan bisa ditindak tegas, meminta polisi dan tentara melindungi masyarakat, transparansi pelanggaran oleh polisi.
Kemudian ada penonaktifan anggota dewan yang membuat pernyataan keliru, pimpinan DPR mencabut tunjangan anggota dan moratorium kunjungan kerja ke luar negeri, pimpinan DPR akan mengundang tokoh masyarakat dan mahasiswa untuk berdialog, serta meminta masyarakat untuk tetap tenang dan menjaga persatuan.
Tak lama kemudian, sejumlah anggota dewan dinonaktifkan sebagai anggota DPR oleh partai setelah dianggap membuat masyarakat marah dengan pernyataan mereka, yakni Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach dari Partai NasDem, Uya Kuya dan Eko Patrio dari PAN, dan Adies Kadir dari Golkar.
(end)