Satu hal yang bisa saya ambil dari penampilan Mariah Carey dalam The Celebration of Mimi di Sentul, Jawa Barat, pada 4 Oktober 2025 adalah, lagu-lagu Mariah akan lebih lestari dibanding penyanyinya.
Rasanya memang tak adil bila membandingkan penampilan Carey pada Sabtu malam dengan penampilannya di kawasan Candi Borobudur pada 2018, yang tampil segar dan mewujudkan mimpi 14 tahun saya untuk melihat sang diva.
Namun saya dengan berat hati mengakui kekecewaan dengan penampilan Mariah pada malam itu di Sentul. Ia memang tetap Mariah Carey, ia tetap membawakan lagu-lagunya yang legendaris, tapi saya tak merasakan semangat dan aura yang pernah saya lihat sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, pasti ada di antara ribuan orang yang susah payah menembus kemacetan menuju Sentul demi bertemu Mariah Carey untuk pertama kali dalam hidupnya, seperti yang pernah saya alami di Borobudur.
Mariah Carey tampil menyapa penggemarnya pukul 20.26 WIB. Meski mundur dari yang semestinya dimulai pukul 20.00 WIB, tetapi itu terbilang tepat waktu untuk orang yang dikenal luas dengan karakter uniknya.
Ia tak banyak bicara atau berinteraksi dengan penonton dalam Act 1, atau tiga babak setelahnya. Mariah Carey memang masih menebar senyum dan sesekali gerak centil, tetapi saya tidak merasakan sambutan hangat darinya seperti di masa lalu atau dari yang semestinya dilakukan penyanyi saat konser.
![]() |
Namun memang pesona lagu-lagu lawas yang dibawakan Mariah Carey bisa memudarkan kesan mengganggu tersebut. Setelah membuka konser dengan lagu barunya yakni Type Dangerous sebagai langkah promosi, Mimi langsung ngegas dengan Emotions, Touch My Body, Can't Let Go, Vision of Love, dan Dreamlover.
Sebagai pendengar Mimi dari lagu era pra-milenium, jelas sajian itu memantik euforia saya. Apalagi ketika Act 2 dibuka dengan Hero, lanjut Without You, Fantasy, Honey/Heartbreaker, I'm That Chick, My All, dan Always Be My Baby.
Babak kedua ini adalah penampilan terbaiknya dalam konser malam itu. Saya memaklumi bila Mariah Carey memilih mengombinasikan menyanyi live, dengan minus one, atau mungkin lip sync dalam tampil di konser ini. Bagi saya, menimbang lagu-lagu yang ia buat hanya bisa cocok dinyanyikan oleh dirinya, hal itu bisa dipahami.
Saya juga bisa memaklumi bila dirinya terlihat malas gerak, karena seperti kata penggemarnya: Mariah Carey is vocalist, not dancer. Yup, I got that.
Lihat Juga : |
Namun saya tak mengerti mengapa Carey tidak memilih gaya tampil yang lebih simpel bila dirinya 'mager' menggoyang tubuh, seperti diam berdiri pada satu titik atau duduk saja. Toh memang penggemarnya datang untuk mendengar vokal langsung The Songbird Supreme dan bernyanyi dengannya atas lagu-lagu masterpiece miliknya dari masa lalu.
Ada banyak penyanyi yang memilih untuk fokus bernyanyi dibanding stage act, seperti Celine Dion yang tetap bisa memukau dengan vokalnya saat pembukaan Olimpiade Paris 2024 padahal sedang sakit. Bahkan lebih banyak lagi penyanyi laki-laki yang tak memiliki stage act saat manggung, seperti Ed Sheeran yang cuma fokus nyanyi di atas panggung berputar 360 derajat tahun lalu.
Interaksi dengan penonton juga terbilang minim. Dari yang pernah saya alami sebelumnya, memang agaknya Mariah Carey cukup kikuk dalam berinteraksi dengan pengunjung sehingga terkesan seperti berjarak.
Interaksi itu termasuk jeda untuk memberikan kesempatan para Lambily menyanyikan lagunya dengan lantang, apalagi untuk lagu-lagu lawas. Karena bagi saya, gimik itu juga memberikan kesempatan kepada penggemar untuk secara aktif terlibat dalam konser yang bertema merayakan hidup dan karya Mariah Carey.
![]() |
Di babak ketiga, Mimi lebih banyak membawakan lagu-lagu dari album barunya, Here for It All, yang rilis pada 26 September 2025, seperti Beautiful, Play This Song, In Your Feelings, Sugar Sweet; serta dari album The Emancipation of Mimi (2005) seperti Say Somethin', Your Girl, dan Shake It Off.
Perayaan 20 tahun album yang banyak dianggap sebagai comeback Mariah Carey tersebut berlanjut di babak keempat dengan Obsessed, It's Like That, Don't Forget About Us, We Belong Together, dan Fly Like a Bird.
Lagu-lagu tersebut sebenarnya sangat bisa menjadi penutup yang 'gong', tapi sayangnya terasa anti-klimaks di lagu Fly Like a Bird. Kalau boleh saya berandai, saya sebenarnya berharap We Belong Together sebagai penutup mengingat popularitas lagu tersebut dan sangat 'Mariah Carey banget'.
Hal itu terlihat dari penonton yang lebih hype saat lagu We Belong Together dinyanyikan dibanding Fly Like a Bird. Namun tampaknya memang Mariah Carey berusaha meyakinkan dirinya masih seorang vokalis yang powerful lewat lagu penutup The Emancipation of Mimi (2005) tersebut.
Lihat Juga : |
Yang sayangnya, bagi saya, kondisi vokalnya dalam usia yang kini 56 tahun memang tak lagi sama seperti dulu. Dan kembali pada klausul lagu Mariah cuma bisa pas dibawakan oleh Mariah, hasil eksekusinya pada malam itu pun tak sepenuhnya effortless macam dulu.
Di tengah usaha Mariah Carey menjerit mengeluarkan nada peluitnya itu saya terpikir, mengapa dia tak membawakan lagu All I Want for Christmas Is You (1994), entah sebagai pembuka atau pun penutup konser? Meski lagu natal, lagu itu sangat ikonis dan khas Mariah Carey, serta digemari oleh berbagai orang melewati batas keyakinan.
Saya berandai bila lagu tersebut benar dibawakan dalam daftar 26 lagu malam itu, misalnya sebagai encore, tentu akan pecah. Semua orang akan bernyanyi, penggemar akan pulang dengan rasa puas hati dan ringan.
Sayangnya itu cuma mimpi, bahkan encore pun tak ada. Cuma ada ucapan terima kasih seadanya dari Mariah Carey dan diva itu langsung balik kanan. Penghormatan untuk penonton yang susah payah dan bayar mahal (dibanding tiket yang saya bayar pada 2018) pun cuma diberikan oleh para penari, band, dan penyanyi latar yang jelas lebih bekerja keras dibanding Mariah Carey di atas panggung.
Bila bukan karena lagu-lagu Mariah Carey yang legendaris, penampilan pembuka Keith Duffy dan Brian McFadden 'Boyzlife' yang sukses membawakan lagu-lagu ikonis Boyzone dan Westlife meski ada gangguan teknis, serta pengelolaan konser yang terbilang baik dari promotor, jelas saya akan merasa konser ini bukan celebration yang semestinya atas seorang Mimi.
(end)