Sutradara Garap Keadilan Bareng Kru Korea: Bisa Bikin Film Tanpa Tifus

CNN Indonesia
Senin, 24 Nov 2025 02:30 WIB
Sutradara Yusron Fuadi cerita pengalaman bekerja sama dengan kru Korea Selatan saat garap Keadilan (The Verdict) tanpa tifus.
Sutradara Yusron Fuadi cerita pengalaman bekerja sama dengan kru Korea Selatan saat garap Keadilan (The Verdict) tanpa tifus. (MD Pictures)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sutradara Yusron Fuadi cerita pengalaman bekerja sama dengan kru Korea Selatan dalam menggarap Keadilan (The Verdict). Ia menyoroti pentingnya proses produksi yang profesional dan menghargai waktu kerja tim.

Hal itu yang ia rasakan saat menggarap film crime thriller action tersebut dan kondisi kesehatannya masih baik tanpa tifus, penyakit yang kerap dialami kru di belakang kamera.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari produksi ini, kita sekaligus bisa mencontoh sebuah bentuk produksi yang sehat. Karena beberapa kru ada dari Korea dan punya jam kerja," kata Yusron Fuadi seperti diberitakan laman resmi MD Pictures, Selasa (18/11).

Itu kalau bisa diimplementasikan di Indonesia secara luas, tentu saja sangat bagus. Bisa loh bikin film yang entertaining tanpa membuat krunya tipus," jelasnya.

Menurut Yusron yang selama ini dikenal sebagai filmmaker independen, disiplin dan efisiensi dari tim Korea menjadi pelajaran berharga.

[Gambas:Video CNN]

Dia berharap pola kerja seperti itu bisa menjadi standar baru dalam produksi film Indonesia, agar kualitas bisa meningkat tanpa mengorbankan kesejahteraan tim.

Perbandingan jam kerja Indonesia dan Korea Selatan

Jam kerja menjadi salah satu yang kerap disoroti para pekerja media dan industri kreatif sejak dahulu. Jam kerja legal di Indonesia 40 jam per minggu. 

Aturan itu dapat diterapkan dalam dua skema berbeda, yakni 7 jam per hari untuk 6 hari kerja, atau 8 jam per hari untuk 5 hari kerja. Aturan itu tercantum dalam Pasal 77 UU Cipta Kerja dan PP 35 Tahun 2021. 

Namun, realitanya pelaku industri bekerja dua kali lipat dari yang diatur secara resmi. Berdasarkan hasil survei kepada 401 orang, 54,11 persen responden mengaku bekerja 16-20 jam dalam satu hari proses syuting. Kerja berkepanjangan (overwork) dinilai akan berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan pekerja film.

Pada 2022, Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (SINDIKASI) dan Indonesian Cinematographers Society (ICS) menerbitkan kertas posisi Sepakat di 14: Advokasi Pembatasan Waktu Kerja dan Perlindungan Hak Pekerja Film Indonesia.

Kertas posisi merupakan pembahasan deret masalah yang dialami pekerja film terutama dalam waktu kerja, hingga solusi yang ditawarkan kepada pihak terkait untuk mengatasi masalah di industri perfilman Indonesia.

Kertas posisi disusun berdasarkan survei terhadap 401 responden yang berasal dari pekerja film, mewakili sutradara, asisten sutradara, art director, production designer, dan produser.

Sehingga, kertas posisi tersebut meminta pembatasan waktu pekerja film, yakni maksimal 14 jam dalam sehari.

Angka itu sesungguhnya juga masih jauh lebih tinggi ketimbang Korea Selatan. Jam kerja yang legal di Korea Selatan adalah 40 jam per minggu dengan perpanjangan maksimal 12 jam.

Namun pada kenyataannya, seperti diberitakan Korea Herald pada 2 November 2025, tim produksi industri kreatif di Korea juga bekerja lebih banyak dari yang diatur UU, yakni rata-rata 49,9 jam dalam satu pekan, berdasarkan survei Januari-Agustus 2024.

Produser bekerja terlama yakni rata-rata 56 jam, diikuti penulis naskah 52,6 jam, dan 50,5 jam untuk art staff. Ketika ditanya tentang periode terlama bekerja berturut-turut, jawaban rata-rata responden adalah 19,7 jam.

[Gambas:Youtube]

(chri)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER