Cerita 'Kerja Bagai Kuda' Manajer Artis K-pop

CNN Indonesia
Selasa, 30 Des 2025 03:30 WIB
Di balik kemilau penampilan bintang K-pop di atas panggung, tak banyak yang mengetahui bahwa ada manajer yang jumpalitan di belakang sang artis.
Di balik kemilau penampilan bintang K-pop di atas panggung, tak banyak yang mengetahui bahwa ada manajer yang jumpalitan di belakang sang artis. (ED JONES / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Di balik kemilau penampilan bintang K-pop di atas panggung, tak banyak yang mengetahui bahwa ada manajer yang jumpalitan bekerja keras untuk menyediakan kebutuhan sang artis.

Bahkan, tak sedikit manajer bintang Korea Selatan yang bekerja melebihi aturan dan kewajaran demi kliennya tetap tampil prima di atas panggung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang manajer bukan sekadar pengatur jadwal, mereka adalah pengawal, supir, penanganan hal krisis, hingga asisten pribadi yang mengurus kebutuhan paling remeh sekalipun.

Saat sang artis harus syuting hingga fajar di lokasi, sang manajer adalah orang pertama yang bangun dan orang terakhir yang memejamkan mata.

Di Korea Selatan, ada aturan batasan jam kerja, yakni 52 jam dalam sepekan. Bila satu hari kerja 9 jam, maka aturan tersebut setara dengan 5-6 hari kerja seminggu. Namun bagi manajer industri hiburan Korea, itu cuma sekadar aturan.

Faktanya, seperti yang diberitakan Korea Times pada Senin (29/12), syuting malam hari, tugas akhir pekan tanpa henti, dan perjalanan luar negeri yang melelahkan jadi makanan sehari-hari tanpa jaminan lembur atau cuti pengganti.

Isu soal sistem kerja tersebut menjadi sorotan setelah ada perseteruan hukum antara komedian Park Na-rae, dengan mantan manajernya.

Mantan manajer Park menuding mengalami beban kerja yang berlebihan, pelecehan verbal, penyerangan, hingga praktik medis ilegal. Park juga dituduh melakukan proxy prescriptions atau menebus obat menggunakan identitas orang lain.

Mantan manajer Park Na-rae mengklaim hanya dibayar 3 juta won atau setara dengan Rp35 juta (1 won=Rp11.272) per bulan. Angka itu terkesan besar dalam jumlah rupiah, tapi gaji itu sangat nge-pas dengan biaya hidup di Seoul yang mencapai 2-4 juta won sebulan.

Apalagi dengan sistem kerja yang nyaris tak mengenal waktu sebagai manajer artis dan kebutuhan hidup yang makin naik, gaji tersebut terbilang sangat rendah.

Bahkan kondisi bisa lebih parah. Korea Times menyebut mantan manajer Park Na-rae itu menuding bahwa seorang manajer artis senior kerap memiliki gaji yang sama selama bertahun-tahun.

Sementara itu, seorang manajer artis junior yang baru direkrut disebut bisa dibayar cuma 2 juta won, yang mana berada di ambang bawah UMR Seoul pada 2025. Selain itu, banyak agensi yang sama sekali tidak memberikan kompensasi untuk waktu istirahat yang hilang.

"Di industri hiburan, manajer baru biasanya mulai dengan upah minimum, hampir tidak ada tunjangan tambahan," ungkap seorang manajer anonim berinisial C.

Seorang mantan manajer berinisial B juga mengakui bahwa mereka yang sudah berpengalaman 5-8 tahun pun banyak yang tidak mendapatkan gaji lebih dari 3 juta won.

Dengan gaji dan jumlah jam kerja yang berlebihan tersebut, manajer artis kerap mendapatkan pekerjaan di akhir pekan, ikut perjalanan ke berbagai lokasi sesuai pekerjaan sang artis, tapi semua minim bayaran lembur dan cuti pengganti.

"Tergantung perusahaannya, menyelesaikan pekerjaan saat subuh mungkin hanya berarti masuk kerja sedikit lebih lambat keesokan harinya, dan bahkan itu pun menjadi sulit jika sang artis tiba-tiba memiliki jadwal baru," kata B.

C mengatakan meskipun beberapa tempat kerja memberikan kompensasi untuk kerja lembur dengan istirahat atau upah tambahan, "masih banyak tempat yang tidak menawarkan kompensasi sama sekali."

[Gambas:Video CNN]

Kasus Park Na-rae yang kini bergulir ke ranah hukum menunjukkan betapa rapuhnya perlindungan bagi pekerja di balik layar.

"Sebagai rekan kerja yang bekerja bersama, kami berulang kali menghadapi situasi di mana kami bahkan tidak diperlakukan dengan tingkat rasa hormat minimum sekalipun," kata C. "Situasi itu harus berubah secara mendasar melalui kasus ini."

Korea Entertainment Management Association (KEMA) pun angkat bicara dengan menegaskan bahwa perilaku abusif atau penugasan yang tidak terkait aktivitas artistik harus dihapus dari industri.

"Jika tindakan yang menghindari kewajiban kontrak kerja yang wajar dan sah terkonfirmasi, tindakan yang sesuai harus diambil," kata mereka.

"Meskipun para artis dan manajer adalah mitra, perilaku kasar atau pemberian tugas yang tidak terkait dengan kegiatan utama harus dihilangkan sebagai praktik yang merugikan."

(gis/end)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER