Semakin banyak seniman membatalkan penampilan mereka di John F. Kennedy Center for the Performing Arts alias Kennedy Center, setelah ada nama Donald Trump ditempel di nama gedung tersebut.
Penempelan nama Trump ke gedung budaya di Washington DC tersebut memicu reaksi keras dari sejumlah seniman karena dianggap bersifat politis dan bertentangan dengan nilai-nilai seni.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Grup jazz The Cooker menjadi salah satu yang menarik diri hanya beberapa hari sebelum mereka dijadwalkan tampil pada malam Tahun Baru 2026. Diberitakan Variety pada Senin (29/12), keputusan itu mereka umumkan dalam sebuah pernyataan.
"Jazz lahir dari perjuangan dan dari tuntutan tanpa henti atas kebebasan, kebebasan berpikir, berekspresi, dan menyuarakan kemanusiaan sepenuhnya," tulis The Cokers.
The Cookers berpendapat Trump dinilai sering dikaitkan dengan sikap dan kebijakan yang dianggap membatasi kebebasan dan memecah masyarakat. Oleh karena itu, grup tersebut merasa Trump bertentangan dengan nilai latar belakang dari jazz.
Selain itu, kelompok tari Doug Varone and Dancers mengatakan kepada New York Times bahwa mereka batal tampil dalam pertunjukan meskipun rugi US$40 ribu atau setara dengan Rp670 juta.
Penambahan nama Donald Trump di Kennedy Center terjadi pada awal Desember 2025. Keputusan itu dianggap sebagai upaya Trump meninggalkan jejaknya di lembaga seni. (AFP/BRENDAN SMIALOWSKI) |
Mereka menilai menjaga prinsip dan nilai seni lebih penting daripada keuntungan materi, sehingga mereka tetap memilih menarik diri sebagai bentuk sikap dan protes.
Sebelum dua grup tersebut, ada musisi jazz Chuck Redd juga membatalkan konser malam Natal miliknya, juga sebagai bentuk protes atas ada nama Trump di gedung itu. Bahkan Kennedy Center sempat mengancam akan menuntut musisi jazz itu untuk ganti rugi.
Presiden Kennedy Center, Richard Grennel mengkritik para seniman yang membatalkan pertunjukan melalui surat yang dirilis pada 26 Desember 2025. Menurutnya, mereka melakukan pembatalan karena bersifat politis dan tidak toleran.
"Para seniman yang sekarang membatalkan pertunjukan sebelumnya dipesan oleh kepemimpinan lama yang berhaluan kiri jauh," kata Richard Grenell.
"Tindakan mereka membuktikan bahwa tim sebelumnya lebih mementingkan pemesanan aktivis politik kiri jauh daripada seniman yang bersedia tampil untuk semua orang tanpa memandang keyakinan politik. Memboikot seni untuk menunjukkan dukungan terhadap seni adalah bentuk sindrom penyimpangan," tambah Grenell.
Pihak Kennedy Center menyatakan bahwa mereka tidak akan mentoleransi diskriminasi dan akan terus menghadirkan seniman yang bisa diterima oleh semua latar belakang dan pandangan.
Penambahan nama Donald Trump di Kennedy Center terjadi pada awal Desember 2025. Keputusan itu dianggap sebagai upaya Trump meninggalkan jejaknya di lembaga seni.
Kemunculan nama Donald Trump tersebut memicu kemarahan karena ia dikenal sebagai tokoh yang sering membuat kebijakan dan pernyataan kontroversial sebagai Presiden Amerika Serikat.
Banyak seniman menilai keputusan Trump tidak ramah terhadap imigran, minoritas, dan kebebasan berekspresi. Bagi sebagian kalangan seni, Trump dianggap mewakili nilai yang bertentangan dengan dunia seni yang menjunjung keterbukaan dan toleransi.
(end)