Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah cerita menarik muncul dari mulut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampanglei, Selasa (6/10). Dia bilang pemerintah sedang mencoba menggunakan bahan kimia khusus untuk membantu memadamkan api di daerah yang terkena bencana kebakaran lahan dan hutan.
Bahan kimia yang dimaksud ternyata adalah hasil penelitian Randall Hart. Bahan kimia itu terbuat dari kulit singkong. Zat tripotasium sitrat yang ada dalam kulit singkong bisa mencegah lompatan energi elektron di lapisan terluar atom elektron saat terjadinya kebakaran.
Alhasil, bahan kimia itu membantu mempercepat proses pendinginan api di lokasi kebakaran. "Bahan itu digunakan untuk perkuat pemadaman dan bisa menurunkan temperatur dengan drastis serta tidak menghasilkan asap," kata Willem.
Nama Randall Hart ternyata tak asing. Nama aslinya adalah Randall Hartolaksono, arek Surabaya yang lahir pada 16 Maret 1956. Dia tak sengaja menemukan bahan kimia itu saat meneliti saripati kulit singkong untuk menjadi bahan pelumas engsel robot, di Inggris. Tak sengaja bahan itu tumpah dan memadamkan api.
Randall kemudian menelitinya lebih lanjut dan mendapati bahwa saripati singkong dapat memutus reaksi kimia berantai dalam proses kebakaran. Teorinya kemudian dikenal dengan nama Teori Pemutusan Rantai Kimia. Kalangan ilmuwan Eropa menerima teori ini.
Beberapa zat aktif dari saripati kulit singkong, seperti tripotasium sitrat dikembangkan menjadi aneka produk anti api. Ada yang dioleskan ke kayu, seperti cat, yang membuatnya tahan api selama 200 tahun. Ada juga yang dimasukkan ke dalam tabung semprot.
Kini Randall telah membangun bisnis dengan nama Hartindo Chemicatama Industri, yang didirikan di Jakarta dan Surabaya, serta memiliki pabrik di Malaysia, Singapura, Taiwan, Inggris, dan Thailand.
(ded/ded)