Alamat Rumahmu Di mana?

Jakarta, CNN Indonesia -- Dulu waktu saya masih sekolah, punya buku kenangan. Isinya data teman-teman seperti nama, alamat, hobi dan pesan kesan. Buku itu menjadi modal ketika saya mau bermain ke rumah teman atau berkirim surat. Masih jarang yang punya telepon di rumahnya. Dan saya punya hampir semua alamat rumah teman. Bahkan tahu rumahnya di mana. 

Sampai saya kuliah dan awal bekerja, menanyakan alamat masih lazim dilakukan untuk berkunjung, mengirimkan surat atau barang. Dalam sebulan hampir ada satu waktu berkunjung ke rumah teman. Sekedar ngobrol atau makan bersama.

Suatu hari saya menemani anak yang sedang chatting dengan temannya. Iseng saya bertanya di mana rumah temannya yang diajak chatting itu. “Gak tau” begitu jawabnya. Katanya dia gak pernah bertanya di mana rumahnya. 

Saya pun mencoba mengingat kebiasaan anak sekarang. Kalau mau ngobrol atau mengerjakan pr, mereka cukup chatting, atau video call. Tugas-tugas difoto atau saling kirim file via email. 

Kalau mau main, cukup janjian di mall atau kafe. Anak saya hampir tidak pernah bermain ke rumah temannya. Sebagian besar pertemuannya terjadi di luar rumah.

Begitu juga ketika temannya ulang tahun. Jarang yang menyelenggarakan di rumah. Lokasi undangan kerap kali ke resto cepat saji atau mall. 

Kalau sekarang yang masih menanyakan alamat rumah mungkin gojek atau uber (aplikasi transportasi). Mau mengantar barang, makanan, tukang pijat atau menjemput kita untuk bepergian. 

Dunia digital telah mengubah banyak hal tanpa kita sadari. Bertamu ke rumah orang semakin jarang dilakukan. Anak-anak pun mungkin gak paham bagaimana adab berkunjung ke rumah orang atau menerima tamu.
Apakah kita perlu membuat program berkunjung ke rumah teman di kala weekend? (nun/nun)