CNN INDO, CNN Indonesia -- Pagi ini, sebelum berangkat sekolah #anaklanang menatap dengan pandangan mata bertanya, "Mami mau pergi ya?" Aku menjawab sambil meneruskan mengeringkan rambut, "Iya dek, tapi nanti siangan mami pulang kok.." Parasnya langsung berubah. Seolah jawabanku membuatnya nyaman. Tiba-tiba ada yg berdesir dalam hati, sedikit terharu,
I fell you dek.
Membayangkan seseorang yang bisa membuat kita nyaman ada di saat kita membutuhkan, rasanya pasti luar biasa, bahkan kadang sekadar mengingat pun membuat kita merasa
secure. Buatku, dalam beberapa hal perasaan ini yang berkurang kadarnya sejak kepergian Ibu hampir 4 tahun yang lalu. Aaah bahkan menulis inipun sudah membuat sudut mata mendadak basah.
Ibu, perempuan yang tidak biasa buatku, buat kami.
Menikah dalam usia muda, ditinggal bertugas sambil mengurusi 3 anak yang masih balita, lalu kemudian dibawa Bapakku bertugas sebagai marinir di sebuah pulau yang bernama Dabo Singkep, Riau (ada kok di peta :D), daerah yang tentu saja tak pernah terbayangkan oleh Ibu yang lahir dan besar di Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur, memaksanya menjadi wanita perkasa. Ya perkasa!
Setelah berakhir masa tugas di marinir, Bapak kemudian ditugaskan di PT TIMAH, di Dabo Singkep, Kepulauan Riau, tempat kelahiranku. Ibu pun menjelma dari seorang istri prajurit menjadi ibu-ibu Dharma Wanita dengan segala kesibukannya.
Then, she become my rule model :D
Tetap sibuk beraktivitas, sambil tetap memastikan semua anggota keluarga merasa nyaman, itulah yang kupelajar dari ibu. Ibu masih tetap bisa menemaniku mengerjakan peer atau membantuku membuat prakarya jahit-menjahit yang saat itu seolah menjadi masalah terbesarku, membuatkan cemilan sore setelah kami bangun tidur siang, dan sebagainya.
Di antara kegiatan rapat, pengumpulan dana, bakti sosial, seminar dan segudang kegiatannya sebagai Ketua Seksi Humas Dharma Wanita di lingkungan kantor Bapak.
Kami tumbuh menjadi anak-anak yang mandiri namun tetap bisa bermanja-manja.
Ibu yang menjadi tempat curhatku saat saat aku beranjak remaja hingga mengalami "
quarter life crisis" dan bahkan setelahnya.
Ibu yang membelaku ketika seisi dunia memusuhiku.
Ibu yang bersedia menukar kebahagiannya demi kebahagiaanku.
Rasanya baru kemarin ketika rasanya mendadak dunia seolah kiamat ketika aku dikabari Ibu sedo/meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas.
Aku merasa duniaku berhenti berputar,
I fell half alive. Tak ada lagi tempatku bercerita, berkeluh kesah, bermanja-manja. :(
Semoga aku bisa meniru Ibu menjadi yang terbaik untuk anak-anakku, walaupun aku sadar rasanya jauuuh banget, but
I will try. :D Semoga Ibu menjadi ahli surga...
alfatihaaah. Bu, dalem kangen.
(ded/ded)