Lewat Tulisan, Ki Hadjar Dewantara Perjuangkan Pendidikan

Riska Herliafifah | CNN Indonesia
Senin, 02 Mei 2016 17:00 WIB
Tanggal 2 Mei menjadi momentum hari Pendidikan Indonesia. Di balik itu, ada peran Ki Hadjar Dewantara yang berjuang untuk pendidikan rakyat di masanya.
Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia (Wikimedia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tanggal 2 Mei menjadi momentum kebangkitan hari Pendidikan Indonesia. Di balik itu, ada peran Ki Hadjar Dewantara yang berjuang untuk pendidikan rakyat di masanya. Beliau aktif membuat tulisan yang berisi sindiran pada pihak penjajah, karena dulu, pendidikan hanya bisa didapat oleh kaum elit.

Pria yang memiliki nama asli Suryadi Suryaningrat itu mulai mengenyam pendidikan bangku sekolah dasar di ELS, yang khusus untuk kalangan bangsawan dan Eropa.

Selepas dari ELS, ia kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah yang dibuat untuk pendidikan dokter pribumi di kota Batavia.Kini dikenal sebagai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Meskipun bersekolah di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak sampai tamat sebab ia menderita sakit ketika itu.

Ki Hadjar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-menulis. Hal ini dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa surat kabar pada masa itu. Di antaranya, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Dikutip dari berbagai sumber, gaya penulisan Ki Hadjar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan semangat anti kolonial. Seperti yang ia tuliskan berikut ini dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker :

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya."

Tulisan tersebut kemudian menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Hindia Belanda kala itu yang mengakibatkan Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan kemudian ia diasingkan ke pulau Bangka dimana pengasingannya atas permintaannya sendiri.

Pengasingan itu juga mendapat protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo yang kini ketiganya dikenal sebagai 'Tiga Serangkai'. Ketiganya kemudian diasingkan di Belanda oleh pemerintah Kolonial. (rkh/rkh)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER