POPULASI JEPANG

Angka Kelahiran Kecil, Ekonomi Jepang Terancam

CNN | CNN Indonesia
Sabtu, 03 Jan 2015 06:28 WIB
Tingkat kelahiran di Jepang pada 2014 mencapai titik terendah yang membuat pemerintah khawatir masa depan perekonomian negara ini akan terancam.
Angka kelahiran di Jepang pada 2014 mencapai titik terendah dalam sejarah dan mengancam masa depan ekonomi negara ini. (Getty Images/Koichi Kamoshida)
Tokyo, CNN Indonesia -- Data pemerintah Jepang menunjukkan bahwa tahun lalu sekitar satu juta bayi dilahirkan di negara itu.

Ini merupakan angka terendah dalam sejarah kelahiran bayi di Jepang, dan merupakan pertanda paling terbaru bahwa tidak banyak kemajuan yang dicapai dalam upaya melawan tren demografi yang tidak menguntungkan ini.

Kementerian kesehatan Jepang juga memperkirakan bahwa pada 2014 terdapat 1.269.000 orang meninggal di negara itu, yang merupakan pertanda penguranan penduduk sebesar 268 ribu secara alami.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengurangan penduduk Jepang ini membuat pemerintah mulai khawatir.

Trend ini mengancam pertumbuhan ekonomi karena para pekerja kesulitan membayar biaya bagi kaum manula yang jumlahnya meningkat.

Tiga faktor menjadi penyebab situasi ini: Angka pernikahan turun, budaya korporasi yang cenderung menghukum kaum ibu, dan bahwa Jepang sangat anti-imigrasi.

Kubu yang paling khawatir dengan fakta ini memperkirakan populasi Jepang bis berkurang sepertiga dalam lima dekade ke depan.

Pemerintah telah berupaya meningkatkan angka kelahiran melalui sejumlah langkah reformasi, seperti lebih banyak opsi pengasuhan anak bagi kaum ibu yang bekerja.
Populasi Jepang diperkirakan turun sepertiga pada lima dekade mendatang. (Getty Images/Daniel Berehulak)
Tujuannya adalah meningkatkan angka kelahiran per seorang perempuan menjadi 2,1 dari 1,4 saat ini, tetapi Tokyo gagal mecapainya.

Imigrasi yang merupakan jalan keluar paling mudah, masih tetap bukan prioritas politik Jepang.

Kurang dari dua persen dari penduduk Jepang lahir di tempat lain, dan jajak pendapat memperlihatkan tidak banyak dukungan untuk meningkatkan angka imigrasi.

Perdana Menteri Shinzo Abe bersikap hati-hati dalam masalah ini karena meski mengemukakan dukungan untuk memperluas program imigrasi, dia tidak mendukung usul yang lebih ambisius di sektor ini.

Jika dia mendukung pandangan soal imigrasi yang lebih kuat, kemungkinan besar Abe akan mendapat tentangan politik yang lebih kuat terutama di daerah pedesaan.

Akan tetapi waktunya sudah tepat bagi Abe untuk mengatasi masalah ini.

Jun Saito dari Pusat Penelitian Ekonomi Jepang menulis bahwa negara itu sudah saatnya bersikap jujur tentang imigrasi.

“Kita…dihadapkan dengan satu pilihan antara menjadi bekas ekonomi yang kuat dengan mayoritas penduduk berusia tua, dan menjadi kekuatan ekonomi aktif dimana orang jepang dan orang asing hidup dan bekerja sebagai mitra,” ujarnya.

Sumber: https://money.cnn.com/2015/01/02/news/economy/japan-baby-shortage/index.html?iid=Lead&hpt=hp_t3 (yns)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER