Istanbul, CNN Indonesia -- Anggota kelompok sayap kiri Turki menyerang istana era-Ottoman yang saat ini menjadi kantor perdana menteri di Istanbul. Diberitakan Reuters, Jumat (2/1), seorang anggota Front-Partai Pembebasan
Rakyat Revolusioner, DHKP-C, sebuah gerakan sayap kiri berpaham Marxisme melempari polisi yang berjaga di Istana Dolmabahce pada Kamis (1/1).
Organisasi terlarang ini sebelumnya tahun lalu juga berada di balik penyerangan bom bunuh diri di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat dan kantor polisi Turki, menewaskan seorang petugas keamanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria bernama Firat Ozcelik itu melemparkan dua granat ke ke polisi yang bertugas, namun gagal meledak. Selain granat, Ozcelik juga membawa sebuah senapan tua.
Harian Hurriyet mengatakan bahwa Ozcelik meneriakkan slogan DHKP-C saat dibekuk petugas.
DHKP-C membenarkan serangan tersebut dengan mengatakan bahwa "aksi bersenjata diwujudkan oleh salah satu pejuang kami."
Kelompok ini mengatakan bahwa serangan itu sebagai pembalasan atas tewasnya Berkin Elvan, pemuda 15 tahun yang meninggal Maret tahun lalu setelah koma sembilan bulan dalam bentrokan dengan polisi pada aksi massa Mei-Juni 2013.
"Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) adalah pembunuh. Perdana Menteri saat itu Recep Tayyip Erdogan memerintahkan pembantaian," ujar mereka.
DHKP-C adalah organisasi Marxist-radikal yang dianggap teroris oleh Turki, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Beberapa tahun terakhir kelompok ini melakukan serangan yang sporadis dan mematikan di Turki dan beberapa negara kawasan.
Saat serangan Kamis lalu, Perdana Menteri Ahmed Davutoglu diyakini tidak berada di kantornya.
Istana Dolmabahce adalah satu satu istana megah yang didirikan di Kekhalifahan Ottoman, sekaligus tempat meninggalnya pendiri Turki Mustafa Kemal Ataturk pada 1938.
Kini istana itu merupakan salah satu tujuan favorit wisatawan. Sebagian istana dibuka untuk publik, namun sayap lainnya digunakan sebagai kantor perdana menteri.