RASISME DI EROPA

Wali Kota Perancis Tolak Makamkan Bayi Gipsi

Ranny Utami | CNN Indonesia
Senin, 05 Jan 2015 17:52 WIB
Wali Kota Champlan Christian Leclerc diduga menolak memberi izin pemakaman seorang bayi Gipsi dengan alasan keluarga bayi yang tidak membayar pajak lokal.
Bayi berusia dua bulan setengah meninggal dunia dan wali kota Champlan diduga menolak pemakaman bayi tersebut karena alasan rasisme, mengingat bayi ini merupakan bayi keturunan Gipsi. (Pixabay/qazyamyam0)
Champlan, CNN Indonesia -- Pemerintah Perancis melakukan penyelidikan terkait tindakan seorang wali kota yang diduga menolak memakamkan seorang bayi Gipsi di pemakaman umum Champlan dengan mengatakan pemakaman tersebut hanya memiliki beberapa tempat yang disediakan bagi mereka yang membayar pajak.

Petugas dinas Ombudsman HAM Perancis, Jacques Toubon mengatakan dirinya terkejut dan terpana dengan skandal tersebut.

Toubon kemudian mengumumkan penyelidikan terkait tuduhan terhadap Wali Kota Christian Leclerc yang menolak pemakaman bayi berumur dua bulan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bayi yang diidentifikasi bernama Maria Francesca ini lahir pada 14 Oktober 2014.

Beberapa bulan kemudian, bayi perempuan ini meninggal dunia karena sindrom kematian bayi mendadak pada 26 Desember.

"Si ibu mencoba menyusui dia pada pukul 5 pagi (waktu setempat) dan bayi perempuan ini terasa begitu dingin. Ia sudah meninggal," ujar Marie Helene Brelaud, anggota asosiasi ASEFRR, sebuah organisasi non-pemerintah pro-Gipsi.

Keluarga bayi kemudian meminta dinas pemakaman di Corbeil-Essonnes untuk memakamkan bayi, namun menurut manajer Julien Guenzi, wali kota menolak izin tanpa memberikan penjelasan.

"Ia tidak harus memberikan alasan dirinya sendiri, tetapi tanggapan seperti itu jarang sekali," ujar Guenzi, dikutip RT, Senin (5/1).

"Prioritas diberikan kepada mereka yang membayar pajak lokal," ujar Leclerc dikutip dari harian lokal Le Parisien pada Sabtu (3/1).

Pernyataan ini kemudian menimbulkan kontroversi sebelum wali kota sempat membela diri.

Ia mengatakan bahwa kata-katanya ini di luar konteks dan ia benar-benar sangat menyesal.

"Bukan pada tingkat ini saya menentang pemakaman tersebut. Hal ini telah keluar dari proporsi," ujar Leclerc ketika lebih dari 50 orang berkumpul untuk memperingati kematian si bayi pada Minggu (4/1).

"Ada pilihan antara Corbeil dan Champlan. Saya setuju pada Rabu pagi untuk salah satunya. Saya memiliki pesan teks untuk membuktikan ini," ujar Leclerc.

Namun, retorika Leclerc tidak terlalu berpengaruh ketika berbagai rentetan kritik sudah menyebar luas sebagai respon atas penolakannya.

Perdana Menteri Manuel Valls mengatakan bahwa menolak pemakaman anak-anak karena asal muasalnya merupakan sebuah bentuk penghinaan, termasuk penghinaan terhadap Perancis.

Sekretaris Negara Laurence Rossignol mengatakan melalui akun Twitter pribadinya bahwa penolakan itu adalah penghinaan yang tidak manusiawi.

Rossignol kemudian menutup pernyataannya dengan tagar #honte, yang berarti 'aib'.

Untuk menyimpan martabat bangsa, wali kota Wissous menawarkan pemakaman bayi perempuan ini, yang kemudian disebut sebagai sebuah 'kesangsian kemanusiaan'.

Rasa sakit dari seorang ibu yang membawa anak selama sembilan bulan dan kehilangan anaknya setelah dua setengah bulan tidak boleh menjadi lebih buruk lagi," ujar Wali Kota Richard Trinquier.

Organisasi ASEFRR menyetujui untuk menutupi biaya pemakaman si bayi.

Sentimen anti-Gipsi secara luas tersebar di seluruh negara-negara Eropa. Perancis menjadi salah satu tuan rumah setidaknya bagi 20 ribu Gipsi.

Hal ini membuat kekerasan seringkali terjadi terhadap anggota masyarakat Gipsi dan terutama imigran Rumania.

Gipsi juga sering menghadapi diskriminasi dengan banyak dari mereka hidup dalam kondisi yang sangat miskin serta tidak memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan dan perawatan kesehatan. (stu/stu)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER