London, CNN Indonesia -- Kementerian Kesehatan Inggris memperketat pemeriksaan penumpang untuk mencegah kemungkinan penyebaran virus Ebola. Langkah ini dilakukan setelah pemeriksaan di bandara Heathrow, London, pada pekan lalu gagal mendeteksi virus tersebut pada seorang perawat.
"Kami telah memperkuat pemeriksaan untuk memastikan bahwa setiap orang dari kelompok yang berisiko tinggi yang merasa tidak enak badan akan ditinjau kembali. Spesialis penyakit menular akan memberikan konsultasi, dan penumpang akan dirujuk untuk melakukan tes jika memungkinkan," kata Menteri Kesehatan Inggris, Jeremy Hunt di hadapan parlemen.
Hunt menyatakan prosedur pemeriksaan penumpang yang telah diperbarui telah diterapkan sejak 29 Desember 2014 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahkan jika seseorang dari kelompok berisiko tinggi tidak menunjukkan gejala tetapi menyatakan mereka merasa tak enak badan, mereka harus diisolasi," kata Hunt, seperti dikutip dari Reuters, Senin (5/1).
Inggris mulai memberlakukan pemeriksaan kepada penumpang berisiko tinggi, yaitu yang berasal dari Afrika Barat, yang menunjukkan gejala terjangkit virus Ebola di sejak Oktober lalu.
Namun, pada pekan lalu, Pauline Cafferkey, 39 tahun, perawat yang bekerja di Afrika Barat di bawah badan amal Save the Children, dinyatakan menjadi warga Inggris pertama yang dinyatakan terinfeksi virus Ebola pekan lalu.
Cafferkey terbang dari Sierra Leone ke Skotlandia melalui Maroko dan London. Kala itu, petugas kesehatan di Heathrow menyatakan suhu badan Cafferkey memang tinggi, tapi tak ada tanda-tanda demam, gejala yang kerap ditimbulkan penderita Ebola.
Ketika dia meminta petugas memeriksa lebih lanjut sebanyak enam kali, Cafferkey dinyatakan bebas Ebola dan dapat melanjutkan perjalanannya.
Namun pada Sabtu (3/1), rumah sakit tempat Cafferkey dirawat menyatakan kondisinya kian memburuk dan sekarang dalam kondisi kritis. Hunt mengatakan bahwa sementara dia berada dalam kondisi kritis, petugas medis berusaha menstabilkan kondisinya.
Badan Kesehatan Dunia, WHO, pada Senin (5/1) mengumumkan lebih dari 8.000 orang telah meninggal karena Ebola di tiga negara pandemi, yaitu Liberia, Sierra Leone, dan Guinea.
Laporan terbaru PBB menyebutkan 8.153 orang tewas di antara 20.656 kasus infeksi penyakit yang serupa dengan demam berdarah di tiga negara tersebut.
Sementara, Sierra Leone merupakan negara dengan tingkat kematian tertinggi, dengan 88 kematian sejak 2 Januari 2015.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO mencatat lebih dari 19 ribu orang telah didiagnosa terinfeksi virus Ebola. Sementara, korban tewas akibat Ebola hingga akhir Desember 2014 mencapai 7.588 jiwa.
(ama)