London, CNN Indonesia -- Gerakan anti-Islam tak hanya merebak di Jerman, namun juga di Inggris.
Sejak tahun lalu, kelompok yang menamakan diri mereka Liga Pertahanan Inggris (English Defence League/EDL) melakukan aksi massif memprotes imigran dan Islam ekstremis di Inggris.
EDL dibentuk pada Juni 2009 dan dalam situsnya,
EDL menyebutkan misi kelompoknya adalah untuk melindungi dan mempromosikan hak asasi manusia. Mereka mengaku hanya menyasar pada kelompok ekstremis dan bukan umat Islam secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun kelompok sayap kanan ini kerap diasosiasikan dengan sebagai kelompok anti-Islam dari berbagai protes-protes mereka.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh sebuah lembaga
Open Democracy yang berbasis di Inggris, mengungkapkan sekitar 74 persen warga yang mengetahui soal EDL berpendapat bahwa organisasi itu rasis.
 Komunitas Muslim di Inggris berdemonstrasi merespon gerakan anti-Muslim EDL. (Getty Images/Matthew Lloyd) |
Dilansir The Guardian, akhir tahun lalu, pada awal Desember, salah satu pemimpin EDL, Lee Joshua dihukum 16 bulan penjara setelah terlibat dalam bentrok yang berujung terlukanya 30 orang anggota kepolisian Inggris.
Lee Joshua mengaku “menikmati setiap menit" adegan kekerasan yang menyebabkan 30 polisi terluka itu dan kemudian mem-p
osting gambar dirinya membakar salinan Al-Quran di Facebook.
Pengadilan Birmingham mendengar bahwa topi doa Muslim dan bendera Pakistan dibakar di jalan, sementara polisi dilempari dengan bata semen dan botol selama demonstrasi pada Juli 2013.
Joshua disebut berada di garis depan untuk menerobos garis polisi, dijatuhi hukuman bersama rekan EDL-nya Jake Hill, James Harrington dan Adam Beebee.
Hakim Richard Bond yang menjatuhi hukuman pada mereka mengatakan perilaku yang terlihat di protes EDL "jelas rasis dan atau anti-Muslim”.
Berbahaya Tommy Robinson keluar dari EDL, menyebut ekstrem kanan berbahaya. (Getty Images/Peter Macdiarmid) |
Salah satu pendiri EDL, Tommy Robinson, yang juga populer di kalangan kaum
hooligan Inggris—cikal bakal organisasi EDL—angkat kaki dari organisasi itu setelah ia diganjar hukuman 18 bulan penjara atas tuduhan penipuan kredit rumah pada November 2013.
Robinson, yang nama sebenarnya adalah Stephen Yaxley-Lennon memimpin EDL dari awal terbentuk hingga Oktober 2013. Sebelum hukuman yang dijatuhkan pada November, ia sudah memiliki catatan panjang kriminal dan beberapa kali di penjara, salah satunya akibat masuk ke Amerika Serikat dengan paspor orang lain. Untuk ini, ia dihukum penjara 10 bulan pada Januari 2013. Dalam waktu 10 bulan penjara, Robinson berpindah-pindah ke empat penjara berbeda karena alasan keamanan.
Ketika akhirnya mundur dari IDL pada Oktober 2013, Robinson menyebut gerakan ekstrem sayap kanan berbahaya.
"Saya menyadari bahayanya gerakan esktrem sayap kanan dan kebutuhan untuk menghadapi ideologi Islam bukan dengan kekerasan namun dengan cara-cara yang demokratis yang lebih baik," ujarnya.