Beijing, CNN Indonesia -- Republik Rakyat Cina baru saja menjebloskan lebih dari 110 orang ke dalam bui akibat kedapatan menjual daging babi yang telah mati karena penyakit.
Seperti dilansir Reuters (12/1), sebanyak lebih dari seribu ton daging babi yang terkontaminasi juga disita.
Pada Minggu (11/1), Kementerian Keamanan Publik Tiongkok mengungkap bahwa penjual daging babi tersebut tergabung dalam sebuah sindikat yang berdiri sejak 2008.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komplotan tersebut terbagi dalam sebelas kelompok pembeli pasokan daging babi yang mati karena penyakit dengan harga murah dari peternakan.
Daging tersebut kemudian dijual ke pasar-pasar yang tersebar di sebelas provinsi, termasuk Henan and Guangxi.
Tak hanya daging biasa, ada pula daging babi yang telah diolah menjadi bacon atau minyak untuk memasak.
Menurut pihak kementerian, kelompok ini juga menyuap pihak pengawas untuk mendapatkan sertifikat karantina.
Menurut kementerian yang telah menyelidiki kasus ini sejak 2008, kini tujuh puluh lima persen dari tersangka telah melalui proses hukum. Beberapa staff karantina yang diduga terlibat dalam aksi ini juga telah diproses secara hukum.
Keamanan makanan menjadi salah satu masalah yang mendapat perhatian besar di Tiongkok setelah sebelumnya ditemukan rentetan skandal susu bubuk dan daging keledai terkontaminasi.
Skandal-skandal tersebut juga telah menyeret beberapa perusahaan makanan besar seperti Wal-Mart Stores Inc dan McDonald's.
Pada 2013, lebih dari sepuluh ribu babi mati ditemukan mengambang di Sungai Huangpu, Shanghai, setelah pemerintah setempat membekuk geng kriminal penjual mayat binatang untuk daging makanan di jaringan pasar gelap.
Akibat rentetan masalah tersebut, pengawas makanan di Tiongkok pada Rabu (7/1) lalu menyatakan bahwa kondisi perdagangan makanan dan obat di Tiongkok sangat mengkhawatrikan dan perlu pengawasan ketat.
(stu)