ALBINO AFRIKA

Memicu Pembunuhan Albino, Perdukunan Dilarang di Tanzania

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Jumat, 16 Jan 2015 14:56 WIB
Praktik perdukunan dilarang di Tanzania karena dianggap memicu pembunuhan warga albino yang kerap diincar untuk dipotong tubuhnya dan dijadikan jimat.
Albinisme adalah kondisi genetika di mana seseorang kekurangan pigmen dalam kulit, mata dan rambutnya. Warga albino pertama kali ditemukan di Tanzania pada tahun 1400. (Ilustrasi/Dok. Wikimedia.com/Fernandus Reus)
Dar és Salaam, CNN Indonesia -- Praktik perdukunan kini merupakan aktivitas ilegal dan dilarang di Tanzania. Larangan ini diterapkan pemerintah Tanzania, seiring dengan meningkatnya kasus pembunuhan warga albino di Afrika timur, yang kerap diincar untuk dipotong tubuhnya dan dijadikan jimat.

"Para dukun bertanggung jawab atas maraknya serangan terhadap kaum albino," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Tanzania, Isaac Nantanga, Kamis (15/1).

Pemerintah Tanzania menilai praktik ilmu hitam memicu pembunuhan warga albino, karena para dukun kerap menyarankan kepada pasiennya untuk memiliki bagian tubuh warga albino, dan membungkusnya dengan ramuan, untuk dijadikan jimat yang dipercaya akan memberikan keberuntungan dan kekayaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami telah mengidentifikasi bahwa dukunlah yang meminta warga untuk mendapatkan potongan tubuh warga albino," kata Menteri Dalam Negeri Mathias Chikawe, dikutip dari Reuters, Rabu (14/1). 

Menurut data dari PBB, sejak tahun 2000, setidaknya 74 warga albino di Afrika timur tewas. Larangan praktik ilmu hitam di Tanzania diterapkan sepekan setelah PBB mendesak pemerintah Tanzania untuk mengakhiri diskriminasi dan serangan terhadap warga albino.

Bulan lalu, seorang anak perempuan albino berusia empat tahun diculik oleh sekelompok orang bersenjata parang dari rumahnya di wilayah Mwanza utara.

Menangani kasus tersebut, pihak kepolisian telah menangkap 15 orang, termasuk ayah dan dua paman anak perempuan itu. Namun, hingga kini, sang anak masih belum ditemukan.

"Kami berfokus menangani masalah penculikan dan pembunuhan warga yang menderita albinisme," kata Chikawe, dikutip dari News.com.au Kamis (15/1).

Meskipun demikian, larangan ini tidak mencakup praktik perdukunan herbal untuk membantu orang sakit.

Chikawe menyatakan pemerintah berkerja sama dengan Masyarakat Albino Tanzania untuk membentuk satuan tugas dalam menangani kasus penculikan dan pembunuhan warga albino. Chikawe menyatakan operasi satgas tersebut akan dimulai dalam waktu dua minggu, di lima wilayah utama, yaitu Mwanza, Tabora, Shinyanga, Simiyu, dan Geita. 

"Kami menentang para penipu yang menyatakan kekayaan akan datang dengan memiliki jimat. Kami menentang peramal dan mereka yang mendistribusikan jimat," kata Chikawe, Selasa (13/1).

"Warga harus diyakini bahwa kekayaan hanya dapat diraih dengan kerja keras, bukan karena memiliki jimat, kata Chikawe melanjutkan.

Albinisme adalah kondisi genetika di mana seseorang kekurangan pigmen dalam kulit, mata dan rambutnya. Warga albino pertama kali ditemukan di Tanzania pada tahun 1400. Di negara-negara Barat, persentase warga albino hanya satu dari 20 ribu orang.

Pada bulan Agustus, PBB memperingatkan bahwa serangan terhadap warga albino meningkat seiring dengan pemilihan presiden Tanzania pada Oktober 2015. Para pendukung calon presiden tertentu berbondong-bondong mendatangi dukun untuk mencari keberuntungan dan dukungan.

Di Tanzania, sepotong tubuh orang albino diperdagangkan sekitar US$600, atau setara dengan Rp7,4 juta. Sementara, satu jenazah warga albino dapat laku terjual hingga US$75 ribu, atau setara dengan Rp935 juta. Angka tersebut sangat tinggi di Tanzania, yang sebagian besar warganya hidup di bawah garis kemiskinan.

Dukungan untuk warga albino datang dari penyanyi asal Mali, Salif Keita, yang menyatakan dirinya albino. Keita kini memimpin kampanye internasional untuk melawan perdagangan tubuh warga albino dan mengubah sikap tradisional terhadap penderita albinisme. (ama)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER