Pristina, CNN Indonesia -- Bentrokan tak terhindarkan antara polisi anti huru-hara dan para demonstran terjadi pada aksi unjuk rasa anti-pemerintah di ibukota Kosovo, Pristina pada Selasa (27/1).
Menurut pemantauan Reuters, polisi yang dilengkapi dengan masker wajah menembakkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan sekitar 2.000 demonstran dari berbagai partai oposisi yang turun ke jalan.
Petugas kepolisian terus mengejar pengunjuk rasa hingga ke jalan-jalan di sekitar Pristina. Sebaliknya, para demonstran melemparkan batu, botol, dan apa saja yang mereka dapatkan ke arah polisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, sejumlah ambulans terlihat di sekitar lokasi demonstrasi untuk membawa puluhan orang yang terluka ke rumah sakit terdekat.
Sebuah pesawat tak berawak terlihat terbang di atas kota tersebut. Namun, tidak ada tanda bahwa pasukan penjaga perdamaian NATO yang ditempatkan di Kosovo, atau petugas kepolisian Uni Eropa, akan dikerahkan untuk membantu menghentikan kerusuhan ini.
Kerusuhan ini dinilai sebagai kerusuhan terburuk sejak Kosovo memisahkan diri dari Serbia pada tahun 2008.
 Ribuan orang turun ke jalan-jalan di ibu kota Pristina menyerukan aksi protes kepada pemerintah Kosovo. (REUTERS/Hazir Reka) |
Kerusuhan ini adalah kali kedua bentrokan terjadi antara polisi dengan warga. Sebelumnya, pada Sabtu (24/1), aksi unjuk rasa terjadi didorong oleh kemarahan rakyat atas sikap pemerintah Kosovo yang dianggap lemah dalam menangani kasus kompleks pertambangan besar Trepca yang diklaim oleh Serbia.
Pemerintahan Isa Mustafa, yang mulai menjabat pada awal Desember lalu, berjanji untuk mengambil alih kompleks tambang tersebut, yang saat ini berada di bawah kendali sebuah lembaga khusus dari PBB yang dibentuk sejak perang Kosovo tahun 1998-1999.
Namun Mustafa tak mampu menghadapi respon marah dari pemerintahan Serbia, yang mengklaim kepemilikan 75 persen atas kompleks pertambangan Trepca. Mustafa juga mendapat tekanan dari sejumlah kedutaan besar negara Barat yang bersangkutan, yang berkecimpung dalam dialog kedua negara yang dipimpin PBB.
Para pengunjuk rasa juga menuntut pemberhentian seorang menteri Sebia dalam pemerintahan Kosovo-Albania, setelah menteri tersebut menyebut sejumlah warga Albania yang kehilangan sanak saudara dalam perang sebagai "orang biadab". Warga Albania tersebut juga meluncurkan aksi protes terhdap etnis peziarah Serbia pada peringatan Natal Ortodoks bulan Januari lalu.
Kosovo, yang berpenduduk 1,8 juta orang, dihuni oleh mayoritas etnis Albania yang mencapai 90 persen dari jumlah penduduk. Kosovo memisahkan diri dari Serbia pada tahun 1999 dengan bantuan serangan udara NATO untuk menghentikan pembunuhan dan pengusiran etnis Albania oleh pasukan Serbia yang melancarkan perang melawan pemberontakan.
Kosovo kemudian memplokamirkan kemerdekaan pada 2008, dan hingga kini telah diakui oleh lebih dari 100 negara di dunia.
Meskipun demikian, kemiskinan tetap melanda negara ini, dan diperburuk oleh kejahatan terorganisir dan sejumlah kasus korupsi, yang menghalangi investasi. Tingkat pengangguran resmi di negara ini mencapai 45 persen.
(ama)