Melawan PLO, Keluarga Bersaksi di Pengadilan New York

Ike Agestu/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 03 Feb 2015 09:46 WIB
Keluarga itu sedang ke Yerusalem mengunjungi anak tertuanya ketika bom meledak pada 2002 dan melukai mereka sekeluarga.
Meski begitu, pengacara pembela mengatakan Palestina tak mungkin bertanggung jawab atas tindakan beberapa kelompok militan bahkan organisasi besar seperti Hamas. (Reuters/Ammar Awad)
Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa detik setelah ledakan itu menghantam pusat kota Jerusalem, Jamie Sokolow berbaring di tanah, mata kanannya rusak oleh pecahan peluru dan ia merasa wajahnya dibakar.

"Saya pikir, 'Saya berusia 12 tahun, saya dari New York dan saya akan mati,'" dia bersaksi di pengadilan federal Manhattan pada Senin (2/2), sambil beberapa kali menangis.

Keluarga Sokolow adalah penggugat utama dalam sidang perdata terhadap Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Otoritas Palestina yang akan memutuskan apakah PLO harus membayar hingga US$3 miliar karena diduga memberikan dukungan terhadap enam serangan di wilayah Yerusalem antara tahun 2002 dan 2004.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Serangan itu menewaskan 33 orang dan melukai lebih dari 450 lainnya, termasuk pengeboman pada Januari 2002 yang melukai Jamie Sokolow, adiknya Lauren, ibunya Rena dan ayahnya Mark, yang semuanya bersaksi pada Senin.

Kent Yalowitz, pengacara penggugat, mengatakan kepada juri bahwa para pemimpin Palestina menyetujui pembayaran yang sudah diketahui akan berkontribusi terhadap serangan bom tersebut.

Namun pengacara pembela berpendapat pemerintah Palestina tidak dapat dimintai tanggung jawab atas kejahatan beberapa militan yang bertindak sendiri atau atas perintah organisasi yang lebih radikal seperti Hamas.

Para penggugat menuntut ganti rugi tiga di bawah undang-undang Anti-Terorisme AS yang akan membuat total tuntutan menjadi US$3 miliar.

Mark Sokolow, seorang partner di firma hukum Arnold & Porter, tidak asing dengan sistem peradilan.

Dia bekerja di World Trade Center di Manhattan pada 11 September 2001 dan melarikan diri setelah pesawat pertama dari dua pesawat menabrak menara kembar WTC.

Di Yerusalem, keluarga Solokow mengunjungi putri sulungnya, Elana, yang sedang belajar di sana.

Dia telah merencanakan untuk meninggalkan putrinya yang lain untuk keamanan, namun serangan 11 September meyakinkannya bahwa “terorisme bisa terjadi di mana saja.”

Rena Sokolow, istrinya, mengatakan, serangan itu membuatnya patah kaki , membuat tulangnya terbuka.

Beberapa meter darinya, kata Rena, dia melihat kepala wanita terpenggal. Putrinya Jamie berbaring di dekatnya, meskipun darah di wajahnya membuat Jamie hampir tak bisa dikenali.

“Saya mengatakan, 'Ini akan baik-baik saja,'" katanya sambil menangis kepada juri.

Sidang yang dimulai pada 13 Januari, diperkirakan akan berlangsung beberapa minggu lagi.

September lalu, juri federal di Brooklyn memutuskan Arab Bank Plc bertanggung jawab di bawah undang-undang anti-terorisme karena memberikan dukungan kepada Hamas. Sidang untuk ini dijadwalkan pada 18 Mei. (stu)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER